Pare seing juga disebut dengan paria di beberapa daerah di Indonesia.Dalam artikel ini akan saya coba berikan bagaimana tehnis budidaya pare lengkap dengan analisa keuntugan bertanam pare tersebut.
Dari segi pemasaran sayuran tanaman pare masih mempunyai peluang pasar yang cukup besar. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa pedagang di salah satu pasar di Jakarta Timur, untuk satu pasar saja dalam satu hari memerlukan kurang lebih 5 ton/hari. Belum lagi usahatani ini dapat menghasilkan uang dengan interval waktu mingguan (panen 1 minggu sekali). Hal ini yang mendorong usahatani pare masih mempunyai peluang bisnis untuk dikembangkan lebih lanjut.
Tanaman pare (paria) adalah tanaman herba berumur satu tahun atau lebih yang tumbuh menjalar dan merambat. Tanaman yang merupakan sayuran buah ini mempunyai daun yang berbentuk menjari dengan bunga yang berwarna kuning. Permukaan buahnya berbintil-bintil dan rasa buahnya pahit. Tanaman pare ini sangat mudah dibudidayakan dan tumbuhnya tidak tergantung pada musim.
Sebelum kita membahas cara menanam pare berikut ini adalah menfaat dari tanaman pare yang memiliki rasa buah pahit ini yang menimbulkan beberapa manfaat yang terdapat dalam buah pare ini. Manfaat buah pare bagi kesehatan manusia adalah :
a. Dapat merangsang nafsu makan
b. Dapat menyembuhkan penyakit kuning
c. Memperlancar pencernaan
d. dan sebagai obat malaria
Selain buah pare, ternyata daun pare juga mempunyai manfaat yang tidak kalah dengan buahnya. Manfaat tersebut antara lain:
a. Dapat menyembuhkan mencret pada bayi
b. Membersihkan darah bagi wanita yang baru melahirkan
c. Dapat menurunkan panas
d. Dapat mengeluarkan cacing kremi
e. Dapat menyembuhkan batuk
Dari hasil analisa beberapa ahli didapat bahwa pare memiliki kandungan gizi gizi tiap 100 gram daun dan buah pare seperti tersaji dalam tabel berikut ini :
Uraian
|
Buah Pare
|
Daun Pare
|
Air
Kalori
Protein
Lemak
Karbohidrat
Kalsium
Zat Besi
Fosfor
Vitamin A
Vitamin B
Vitamin C
Folasin
|
91,2 gram
29 gram
1,1 gram
1,1 gram
0,5 gram
45 mg
1,4 mg
64 mg
18 SI
0,08 mg
52 mg
–
|
80 gram
44 gram
5,6 gram
0,4 gram
12 gram
264 mg
5 gram
666 mg
|
Jenis-jenis Tanaman Pare
Beberapa jenis pare yang ada dan sering dibudidayakan antara lain :
Pare Gajih
Pare ini paling banyak dibudidayakan dan paling disukai. Pare ini biasa disebut pare putih atau pare mentega. Bentuk buahnya panjang dengan ukuran 30 – 50 cm diameter 3 – 7 cm, berat rata-rata antara 200-500 gram/ buah. Pare ini berasal dari India, Africa.
Pare Hijau
Pare hijau berbentuk lonjong, kecil dan berwarna hijau dengan bintil-bintil agak halus. Pare ini banyak sekali macamnya, diantaranya pare ayam, pare kodok, pare alas atau pare ginggae. Dari berbagai jenis tersebut paling banyak ditanam adalah pare ayam. Buah pare ayam mempunyai panjang 15 – 20 cm. Sedangkan pare ginggae buahnya kecil hanya sekitar 5 cm. Rasanya pahit dan daging buahnya tipis. Pare hijau ini mudah sekali pemeliharaannya, tanpa lanjaran atau para-para tanaman pare hijau ini dapat tumbuh dengan baik.
Pare Import
Jenis pare ini berasal dari Taiwan. Benih Pare ini merupakan hybrida yang final stock sehingga jika ditanam tidak dapat menghasilkan bibit baru. Jika dipaksakan juga akan menghasilkan produksi yang jelek dan menyimpang dari asalnya. Di Indonesia terdapat tiga varietas yang telah beredar yaitu Known-you green, Known-you no. 2, dan Moonshine. Perbedaan ketiga jenis pare import ini adalah mengenai permukaan kulit,
kecepatan tumbuh, kekuatan penampilan, bentuk buah, ukuran buah.
Berikut adalah contoh pare import : Green, Known-You, No. 2, Moon Shine
Setelah membahas menfaat dan jenis tanaman pare maka sekarang kita akan membahas bagaimana cara budidaya tanaman pare tersebut :
Syarat Tumbuh Pare
– Pare mempunyai daya adaptasi tumbuh yang cukup tinggi
– Dapat menyesuaikan diri terhadap iklim yang berlainan baik suhu dan curah hujan yang tinggi
– Dapat hijau sepanjang tahun dan tidak tergantung musim
– Membutuhkan drainase tanah yang cukup baik
– Memerlukan tanah yang gembur dan banyak mengandung bahan organik Memerlukan PH antara 5 – 6
– Ketinggian antara 1 meter hingga 1500 meter dpl.
Pengolahan Tanah
– Tanah yang akan ditanami pare diolah terlebih dahulu dengan membersihkan dari tanaman lain seperti rumput dan mencangkul tanah agar gembur, minimal 10 hari sebelum tanaman pare ditanam.
– Buat guludan dengan ukuran lebar 150 cm sampai dengan 250 cm, sedangkan panjangnya dapat mencapai 10 meter atau disesuaikan dengan kondisi lahan yang ada.
– Antara guludan satu dengan guludan yang lainnya dibuat parit dengan lebar 75 cm dan kedalaman 30 cm.
– Arah pembuatan guludan sebaiknya membujur dari utara ke selatan dengan maksud agar tanaman mendapat sinar matahari langsung dan penuh untuk proses fotosintesa.
– Buat lubang tanam dengan panjang 25 cm, lebar 25 cm dan dalam 25 cm (25x25x25) atau bisa juga dengan ukuran 50 x 50 x 50.
– Jarak antar lubang tanam 75 cm x 75 cm atau 100 cm x 100 cm.
Persipan dan Pemilihan Benih / bibit pare
Ada dua jenis benih yang dapat dipakai untuk penanaman pare. Jenis pertama adalah benih/ biji yang langsung ditanam dilapang dan yang kedua adalah benih yang telah melalui proses persemaian. Pemakaian kedua jenis ini tergantung pada musim dimana penanaman akan dilakukan. Kalau penanaman dilakukan pada musim penghujan lebih baik penanaman dilakukan dengan menggunakan benih/ biji langsung, karena daya tumbuh benih dilapang pada kondisi tersebut dapat baik. Sedangkan apabila penanaman dilakukan pada musim kemarau sebaiknya penanaman dilakukan dengan menggunakan benih yang telah disemai terlebih dahulu, karena akan terjamin daya tumbuh benih yang akan ditanam dilapang.
Benih sebaiknya ditanam berasal dari tanaman yang sehat, kuat dan mempunyai tingkat produktifitas yang tinggi. Untuk itu disarankan memakai benih yang telah berlabel yang telah direkomendasikan oleh Balai Pengendalian Mutu dan Sertifikasi Benih. Jumlah kebutuhan benih dilapang sebaiknya ditambah 10% dari kebutuhan normal.
Misalnya kebutuhan benih untuk 1 Ha dengan jarak tanam 1 x 1 meter lebar guludan 150 cm, panjang guludan 10 meter, maka kebutuhan benih yang direkomendasikan sebanyak 9735 biji. Jadi jumlah benih yang harus disediakan sebanyak 9735 + (10% x 9735) = 10.708 biji atau 2,141 Kg.
Penanaman Pare
Penanaman dapat dilakukan melalui dua cara. Cara pertama benih/ biji langsung ditanam dan cara kedua benih disemaikan terlebih dahulu ditempat terpisah sampai benih tersebut tumbuh beberapa helai daun, baru di pindah dilapang.
a. Cara langsung
Setelah lubang tanam dibuat dengan ukuran 25 x 25 x 25 cm dan telah diberikan pupuk kandang yang telah matang, masukkan benih/ biji pare kedalam lubang tanam tadi sedalam kurang lebih 3-4 cm, lalu tutup kembali dengan tanah.
Pada waktu bersamaan dimasukkannya benih/ biji pare kedalam tanah, masukan pula furadan kira-kira sejumput (temukan antara ibu jari, jari telunjuk dan jari tengah) untuk mengambil furadan tersebut.
Pemberian furadan tersebut dimaksudkan untuk melindungi benih/ biji dari serangan nematoda dan cacing tanah serta hewan lainnya.
Penanaman telah disesuaikan dengan jarak tanam yang telah dibuat tadi pada saat pengolahan tanah yaitu 75 cm x 75 cm atau 1 m x 1 m dalam guludan.
Untuk menjamin benih/ biji tumbuh dengan baik, lakukan penyiraman disekitar tanaman. Penyiraman selanjutnya sangat tergantung pada kondisi cuaca. Apabila banyak terjadi curah hujan maka tanaman sebaiknya tidak perlu disiram. Apabila dalam keadaan kurang hujan atau bahkan sama sekali kering, tanaman harus disiram dua kali sehari, yaitu pada pagi dan sore hari.
b. Cara Tidak Langsung
Cara penanaman tidak langsung ini, benih/ biji disemai terlebih dahulu. Ada 2 cara persemaian, yaitu memakai kotak persemaian dan menggunakan tanah persemaian terpisah.
Persemaian dikotak
– Buat kotak persemaian yang terbuat dari papan dengan ukuran panjang 5 meter, lebar 2 meter dan tinggi 15 cm.
– Masukkan tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1. Aduk hingga rata.
– Tanam benih/ biji pare dengan ukuran 2 x 2 cm.
– Sebelum ditanam biji direndam dengan menggunakan atonik 2 cc/ liter selama 10-15 menit.
– Angkat benih pare yang telah tumbuh kira-kira yang telah berumur kurang lebih 10 hari kedalam polybag kecil atau wadah yang terbuat dari daun pisang.
– Setelah berumur 15 – 20 hari atau bibit pare mempunyai 3 helai daun baru pindahkan atau bibit siap untuk ditanam dilapang.
Persemaian di Lapang
– Buatkan bedengan dengan ukuran 1,5 meter x 4 meter dan cangkul tanah bedengan tersebut sedalam 30 cm.
– Campurkan tanah yang ada dalam bedengan tersebut dengan 40-50 Kg pupuk kandang dan ditambah 0,5 Kg Tsp lalu aduk hingga rata.
– Buat naungan dari rumbia dengan tinggi tiang 1 meter disebelah timur dan 0,75 m disebelah barat.
– Tanam biji pare seperti yang dilakukan pada persemaian dikotak kayu.
– Selanjutnya perlakukan sama seperti apa yang dilakukan pada persemaian dikotak kayu.
Pemeliharaan Tanaman Pare
Pemeliharaan tanaman dilakukan untuk mendapatkan hasil yang optimal. Pemeliharaan tanaman pare dilapang meliputi penyiangan, penyulaman, pembumbunan, pemangkasan, pembungkusan, pembebanan, pembuatan turus dan para-para.
Penyiangan
Penyiangan dilakukan untuk membersihkan semua jenis tanaman yang tumbuh selain tanaman pare. Tanaman jenis lain dapat berupa rumput-rumputan, gulma, dan tanaman lainnya. Pembersihan ini dilakukan disekitar batang/ akar tanaman atau diantara parit-parit yang ada dengan menggunakan tangan (dicabut), kored atau cangkul.
Penyiangan tanaman dilakukan untuk mengurangi atau menghindari persaingan antara tanaman pare yang ditanam dengan jenis tanaman lain yang mungkin tumbuh disekitar tanaman pare dalam penyerapan unsur-unsur hara, air dan matahari. Disamping itu penyiangan dilakukan untuk menghindari kemungkinan tumbuhnya hama dan penyakit yang mungkin timbul dari tanaman yang tumbuh selain tanaman pare.
Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan untuk menaikkan tanah yang ada disekitar tanaman pare agar akar tanaman dapat tertutup. Pembumbunan dilakukan setelah penyiangan dilakukan dengan maksud untuk memperbaiki aerasi tanah sekitar akar yang menjadi padat akibat
siraman air hujan atau air siraman tanaman.
Penyulaman
Oleh karena pada waktu penanaman ada benih yang tidak tumbuh yang diakibatkan oleh beberapa faktor seperti kualitas benih, daya tumbuh benih, kondisi tanah, atau serangan hama, maka tanaman yang tidak tumbuh tersebut perlu diganti dengan tanaman lain yang sehat dan kuat (disulam). Penyulaman dilakukan sebaiknya pada waktu bibit tanaman berumur 7 – 10 hari setelah tanam.
Pemangkasan
Pemangkasan tanaman pare dilakukan untuk mengontrol pertumbuhan batang utama. Tinggi ideal batang utama tanaman pare adalah 2 – 3 meter. Jika panjangnya melebih dari itu, tanaman tidak produktif lagi oleh karena itu tanaman perlu dipangkas. Tunas yang akan tumbuh dari hasil pemangkasan tersebut dialihkan kesamping melalui para-para. Sebagai awal perambatan tunas yang tumbuh tersebut dapat digunakan tali.
Pembungkusan
Untuk menghasilkan buah pare yang mulus dan permukaan kulit tidak bolong, maka sebaiknya dilakukan pencegahan melalui pembungkusan buah pare. Tindakan pembungkusan buah pare ini dimaksudkan adalah untuk mencegah serangan lalat buah yang menyerang buah pare pada waktu usia muda. Bahan pembungkus dapat digunakan kertas atau daun pisang yang telah kering (klaras).
Waktu ideal dilakukannya pembungkusan adalah pada waktu tanaman telah menghasilkan buah pare dengan
ukuran batang korek api, atau kurang lebih berumur kira-kira 1,5 bulan.
Pemupukan Tanaman Pare
Salah satu bagian dari pemeliharaan tanaman pare adalah pemupukan. Pemupukan dilakukan untuk mendapatkan tanaman sehat, kuat dan dapat berproduksi sesuai dengan potensi yang ada dalam tanaman tersebut. Pemupukan dasar dilakukan pada 1 – 2 minggu sebelum tanaman pare ditanam, atau dilakukan pada saat pengolahan tanah atau pada waktu pembuatan lubang tanam. Beberapa petani sayuran di Jakarta
Timur, pemberian pupuk dasar dilakukan dengan cara membenamkan sebanyak 2 – 3 kg pupuk kandang yang sudah matang kedalam lubang tanam dan biasanya ditambah 15 – 20 gram pupuk NPK perlubang tanam.
Pemupukan susulan pertama dilakukan setelah tanaman telah berumur 3 minggu. Dosis pemupukan diberikan sangat tergantung pada jenis tanah dan iklim setempat dimana tanaman pare ditanam. Untuk jenis tanah yang berpasir kombinasi pupuk urea, TSP, dan KCI yang diberikan sebaiknya dengan perbandingan 1 : 2 : 2, sedangkan untuk jenis tanah liat sebaiknya diberikan pupuk dengan kombinasi urea, TSP, dan KCl
sebanyak 1 : 2 : 1. Pengalaman dari petani Bambu Apus, Jakarta Timur kombinasi urea, TSP dan KCl diberikan sebanyak 2 : 2 : 8. Setiap tanaman diberikan sebanyak 10 – 15 gram/pertanaman. Jadi apabila diberikan 10 gram pertanaman maka banyaknya urea, TSP dan KCl yang diberikan pada perbandingan 1 : 2 : 2 adalah urea sebanyak 20 Gram, TSP 40 dan KCl 40 gram. Demikian halnya dengan kombinasi 1: 2 : 1, Urea diberikan 2,5 gram, TSP 5 gram dan KCl 2,5 gram.
Pupuk susulan kedua diberikan 2 minggu setelah pemupukan susulan pertama dilakukan. Banyaknya pupuk yang diberikan 0,5 dari dosis yang diberikan pada pemupukan susulan Pertama. Dapat juga diberikan tambahan pupuk seperti NPK. NPK diberikan 2 minggu setelah pemupukan susulan pertama dilakukan dan dilanjutkan dengan interval dua minggu sampai tanaman pare berumur empat bulan. Dosis NPK yang diberikan sebanyak 5 gram pertanaman.
Penempatan pupuk yang diberikan kepada tanaman pare adalah ber-jarak antara 10 – 15 cm dari akar dan kedalaman 3-5 cm.
Pembuatan Turus dan Para-para
Tanaman pare merupakan tanaman yang merambat dan menjalar, oleh karena itu diperlukan suatu tempat dimana nantinya buah pare tersebut dapat bergantung dengan baik, sehingga pertumbuhan buah pare dapat maksimal.
Turus dibuat untuk memanjat batang utama pare, sedangkan para-para digunakan untuk menjalarnya tunas-tunas dari batang utama yang nantinya akan menghasilkan buah pare. Tinggi turus dan para-para berkisar 1,5 sampai 2 meter. Hal ini dengan mempertimbangkan agar mudah dalam pemeliharaan tanaman terutama pada waktu panen dan mudah dalam melakukan penyiangan dan pembumbunan serta mudah dalam mengontrol tanaman dari gangguan hama dan penyakit tanaman.
Berbagai macam cara dan bentuk pembuatan turus dan para-para. Bahan yang dipakai sebaiknya bambu dengan ukuran sedang. Sebagai penghubung antara tanaman satu dengan yang lainnya diberikan tali.
Pengendalian Hama dan Penyakit Pare
Salah satu syarat agar tanaman pare dapat tumbuh dan berkembang sehingga menghasilkan buah adalah tanaman pare harus sehat. Agar sehat tanaman harus terbebas dari gangguan hama dan penyakit tanaman. Yang dimakasud dengan hama adalah semua jenis hewan yang dapat mengganggu tanaman sehingga merugikan bagi tanaman tersebut. Sedangkan penyakit tanaman adalah semua jenis gangguan pada tanaman yang disebabkan oleh jamur, bakteri, virus dan kekurangan unsur hara dalam tanaman.
Pengendalian hama dan penyakit tanaman harus didasarkan pada prinsip ambang ekonomi, artinya pengendalian hama dan penyakit baru dapat dilakukan secara intensif apabila dari segi ekonomi serangan hama dan penyakit mengakibatkan kerugian yang cukup besar. Disamping itu dalam mengendalian hama dan penyakit prioritas pengendalian dengan cara memperbaiki kondisi lingkungan setempat, sedangkan aplikasi
pestisida dilakukan pada urutan terakhir.
Hama utama yang menyerang tanaman pare antara lain:
Ulat Grayak
Ulat ini menyerang pada malam hari, sedangkan pada siang hari ulat ini bersembunyi didalam tanah. Daun pare merupakan bagian tanaman yang diserang. Dalam kondisi serangan berat semua daun pare habis dimakannya, karena sifat hama ini adalah hampir semua jenis daun tanaman diserangnya.
Pemberantasan hama ini dapat dilakukan secara mekanis yaitu telur-telur yang baru menetas diambil bersama-sama dengan daun yang menempel. Pengambilan telur – telur ini jangan sampai terlambat sebab kalau terlambat ulat menjadi besar dan bersembunyi didalam tanah. Pemberantasan hama ini dapat juga dilakukan secara biologis yaitu dengan menyemprotkan Bacillus thungiriensis atau Borelinevirus litura. Secara kimia disemprot dengan pestisida azodrin 2 cc/ liter.
Lembing (Epilachma sparsa)
Daun pare yang terserang hanya tersisa tulang daun. Daun menjadi kering dan kecoklat-coklatan, akhirnya produksi buah menjadi turun. Hama ini berbentuk lembing bulat, warnanya merah dengan bercak hitam sebanyak 12 – 26 buah. Beberapa cara pengendaliannya adalah :
a. telur, larva dan lembing dapat ditangkap dengan tangan lalu dimatikan
b. diberantas dengan musuh alaminya, yaitu jenis tabuhan yang menjadi parasit telur,
larva dan pupa.
c. Dilakukan rotasi tanaman
d. Disemprot dengan insektisida seperti carbaryl, carbophenation, dll.
Kumbang Aulacophora silimis
Gejala serangan yaitu tanaman menjadi layu karena jaringan akarnya dimakan larva dan daunnya dimakan kumbang. Pengendalian dilakukan dengan menyemprotkan insektisida Curacon 500 EC. Pengendalian mekanis dapat dilakukan dengan gropyokan.
Kepik Leptoglossus australis
Gejala serangan kualitas buah menurun, bekas serangan hama sering ditumbuhi cendawan Nematospora, akhirnya buah menjadi busuk. Pengendaliannya dengan menyemprotkan racun kontak seperti azodrin dengan dosis 2 cc/liter. Penyemprotan dilakukan setelah ada gejala serangan kepik ini.
Lalat Buah (Dacus cucurbitae Cog)
Gejala serangan adalah daging buah tidak dapat dimakan karena busuk dan berair dengan ratusan belatung. Tampak luar daging buah sehat tapi setelah di buka terlihat daging buah penuh dengan belatung. Pengendalian lalat buah ini adalah :
a. dengan membungkus tanaman pare pada waktu buah berukuran batang korek api dengan menggunakan kertas atau daun pisang yang telah kering (klaras).
b. dengan menggunakan insect trap yang ditaruh disekitar tanaman pare, sehingga lalat buah yang ada disekitar dapat ditangkap dan mati dalam tangkapan tersebut.
c. dengan mengadakan penyiangan dan pembubunan serta memelihara kebersihan sekitar tanaman dari gulma dan sisa tanaman yang membusuk, sebab kondisi seperti itu sesuai dengan tumbuh dan berkembang-nya lalat buah.
Siput ( Pamarion pupillaris Humb)
Gejala serangan yaitu tanaman terutama dipersemaian terkoyak, lalu mati. Pengendaliannya adalah siput ditangkap lalu dicacah dagingnya untuk makanan ayam. Dapat pula diberantas dengan racun kontak yang dicampur dengan dedak. Racun kontak tersebut adalah Mesurol dengan bahan kimia methiocarb dengan dosis 2 gram/1 liter air.
Penyakit yang sering menyerang tanaman pare antara lain :
Penyakit Embun Tepung
Gejala awal ditandai dengan adanya tepung putih pada daun terbawah. Daun yang terserang menjadi kuning, coklat dan akhirnya mengering. Batang pun diserang tepung ini. Batang seperti dilapisi tepung. Tanaman akan lemah dan mati atau buahnya tidak normal. Penyebab gejala ini adalah cendawan Oidium sp.
Pengendalian penyakit ini dilakukan dengan beberapa cara antara lain:
a. Mengurangi kelembaban disekitar tanaman dengan cara pengaturan jarak tanam
dan drainase yang baik
b. Membuang bagian tanaman yang terserang
c. Menanam varietas yang resisten
d. Disemprot dengan fungisida sulfur dosis 2 g/liter sebagai penyembuhan dan pencegahan
Penyakit Antraktosa
Gejala penyakit ini daun bernoda hitam. Pada serangan berat batang dan buah juga terserang. Serangan lebih berat terjadi pada musim hujan. Gejala penyakit ini disebabkan oleh cendawan collectrichum sp. Pengendaliannya adalah dengan memusnahkan tanaman yang terserang, pergiliran tanaman, dan penyemprotan dengan fungisida Benlate dengan dosis 2 gram/ liter.
Penyakit Layu
Gejala layu tampak pada ujung daun, kemudian seluruh daun akan mengkerut lalu mengering. Tanaman akan mati sejak beberapa saat terinfeksi. Menyerang tanaman bibit yang baru kecambah, tanaman muda dan tanaman yang telah dewasa. Penyebab penyakit ini disebabkan oleh Fusarium sp.
Pengendalian dilakukan dengan memusnahkan tanaman yang terserang, menyiram larutan fungisida Benlate 2 gram/ liter ke tanah bekas tanaman yang terkena penyakit dan menggunakan benih yang tahan terhadap serangan patogen.
Penyakit Virus
Gejala serangan jelas pada daun-daun muda. Serangan virus ini menyerang pada saat tumbuh (bibit, tanaman muda atau tanaman yang telah menghasilkan buah). Penyebab gejala tersebut adalah Cucumber mosaic virus (CMV).
Pengendaliannya dilakukan dengan cara memusnahkan tanaman yang terserang, memberantas vektor virus (serangga), menyeleksi bibit yang akan di pindah ke lapang dan pemupukan yang seimbang.
Panen
Pemetikan buah pare sangat tergantung pada pemanfaatan buah pare tersebut. Apabila pare yang akan dipanen digunakan untuk konsumsi maka sebaiknya pilih pare yang bintil-bintil dan keriputnya masih agak rapat dengan galur-galur yang belum melebar. Panjangnya antara 25-30 cm dan diameternya 3-5 cm.
Apabila pare yang dipetik digunakan untuk benih maka pilih pare yang besar, sehat dan matang sempurna.
Tanaman pare yang telah berumur 1,5 bulan biasanya telah berbunga dan diharapkan 1 bulan kemudian buah pertama dapat dipetik. Untuk panen kedua, ketiga dan seterusnya dengan interval 6 – 7 hari. Kalau keadaan tanaman subur maka tanaman pare dapat di panen selama 4 bulan.
Cara pemanenan harus diperhatikan dengan baik karena hal ini menentukan kualitas tanaman pare yang akan dipasarkan. Pemetikan sebaiknya dilakukan dengan menggunakan alat potong yang tajam. Hindari dengan cara menarik atau memilin tangkai pare, karena dapat menyebabkan memar pada tangkai yang pada akhirnya akan menarik cendawan atau penyakit lain kedalam bagian tangkai yang memar tadi. Hasil pemetikan ditaruh keranjang atau tempat yang bersih dan disusun dengan berselang-seling dan sejajar.
Pasca Panen
Setelah dipetik sebaiknya pare sudah mulai ditaruh pada suatu wadah. Untuk keperluan pasar tradisional sebaiknya digunakan karung-karung yang bersih. Pare disusun berdiri dalam karung, hal ini menghindari pare tertimbun dengan beban berat diatasnya. Pada waktu mengangkat atau menaruh jangan sampai dilempar untuk menghindari memar pada tanaman pare.
Untuk memenuhi konsumsi pasar supermarket sebaiknya dikemas dengan menggunakan plastik tipis dan tembus pandang. Sebelum dikemas dengan plastik sebaiknya pare dibersihkan dari kotoran yang menempel pada pare, sehingga diharapkan penampilannya baik bersih dan rapi.
Analisa Ekonomi
1. Biaya Tetap
– Sewa tanah : 3.000 m 2 Rp. 25.000,-
– Biaya Pembuatan Para-para (dapat 3 kali)
– Bambu : 500 bt @ Rp. 750,- Rp. 375.000,-
– Bambu untuk Para : 2.250 bt @ 400,- Rp. 900.000,-
– Tali : 10 Kg @ 2.500 Rp. 25.000,-
Jumlah Rp. 1.300.000
Biaya pembuatan para-para : 1.300.000,- : 5 = Rp. 260.000,
Total biaya tetap : 25.000 + 260.000 = Rp. 285.000,
2. Biaya Variabel
– Benih 1.500 butir @.Rp. 25 Rp. 37.500
– Pengolahan Tanah Rp. 200.000
– Pupuk Kandang Rp. 75.000
– Pupuk Urea Rp. 24.000
– TSP Rp. 6.000
– KCI Rp. 6.000
– Pestisida :
– Sevin Rp. 10.000
– Basudin Rp. 15.000
Jumlah Rp. 373.500
3. Biaya Total Rp. 285.000 + Rp. 373.500 Rp. 658.500,-
4. Tingkat produktifitas paria di Jakarta Timur 7 kw/ha atau sama dengan 0,7 / m2.
5. Luas pengusahaan 3.000 m2
6. Harga rata-rata pare 500 per Kg
7. Pendapatan = 0,7 x 3000 x 500,- = Rp. 1.050.000,-
8. Keuntungan bersih 1.050.000 – 658.500 =
Rp. 391.300
Demikian informasi mengenai budidaya pare yang dapat saya sampaikan kali ini, semoga bermanfaat