Tidak sia-sia perantauannya bertahun-tahun di Pulau Jawa. Sutowo atau akrab disapa Wandi kembali ke kampung halaman lalu sukses mengembangkan perikanan air tawar. Kini, dengan keuletan dan kerja kerasnya, usahanya mampu menyuplai ikan di supermarket, pasar, pelelangan, rumah makan, hingga kolam pemancingan di Makasar dan Gowa.
Usaha pembiakan ikan tidak dilaluinya dengan mudah. Berawal dari melihat bisnis kolam pemancingan yang laris manis di Pulau Jawa.
Wandi mulai memanfaatkan empang yang luasnya 25 hektare di Kelurahan Bonto-bonto, Kecamatan Ma’rang, Pangkep. Tempat ini mudah ditemukan, tepat berada di Jalan Poros Pangkep-Barru atau sekira 30 menit dari Kota Pangkep.
“Waktu itu tahun 2005, berhubung sering melihat di daerah lain, pemancingan cukup diminati, saya melirik bisnis ini. Sempat jatuh bangun di tahun-tahun awal, tapi Alhamdulillah, sejak 2010 produksi mulai berjalan,” kenangnnya saat merintis usaha kolam ikan air tawarnya.
Naluri bisnis Wandi memang terbukti. Siang itu, Upeks berkunjung ke kolam pemancingan, kesibukan sudah terlihat. Pekerja sedang memasang tenda. Ada enam petak tenda berwarna merah. Tidak jauh dari situ, terlihat beberapa pengunjung asyik memancing. Beberapa petambak juga sibuk memasang baliho. Ada tiga baliho di pasang di tempat berbeda. Dari baliho tersebut, terpampang jelas tulisan Selamat Datang Bupati Pangkep, Syamsuddin Hamid di Kolam Pemancingan Air Tawar Sipadecengei. “Iya, ada acara, kolam pemancingan ini akan diresmikan dan kami mengundang Pak Bupati,” ucap Wandi sambil mempersilakan Upeks bersama rombongan wartawan lain duduk di pendoponya. Kunjungan ini atas undangan Staf Humas Pemkab Pangkep, Rudi.
Tak lama berselang, tuan rumah kedatangan tamu. Satu staf penyuluh dari Dinas Perikanan dan Kelautan Pangkep, serta petani yang ingin menimba ilmu. “Kenalkan, ini Pak Syukri dari Dinas Perikanan. Ini Pak Haji dari kecamatan sebelah,” lugasnya
Dari diskusi kecil-kecilan itu, dapat disimak jika para petambak di Kabupaten Pangkep enggan memanfaatkan lahan tambaknya jika sudah panen Udang dan Bandeng. Empang ini dibiarkan kosong tanpa aktivitas sama sekali karena telah kering. Petambak sulit memanfaatkan lahan empangnya untuk budidaya ikan air tawar karena kadar garam yang biasanya digunakan untuk budidaya Udang atau Bandeng masih sangat tinggi. Disinilah sosok Wandi berperan penting. Dia memperkenalkan alih fungsi pemanfaatan lahan empang yang biasanya memanfaatkan air asin dari laut menjadi air tawar dan ternyata berhasil.
“Kalau di Kediri ada Presiden Lele, di sini kita ada Presiden Nila,” cetus Andi Syukri.
Menurutnya, Pangkep memiliki sumber daya perikanan yang sangat potensial. Alih fungsi lahan mulai diperkenalkan Dinas Perikanan dan Kelautan kepada masyarakat. “Dari segi ekonomis, budidaya ikan air tawar ini tidak kalah dari Udang atau Bandeng. Masyarakat di sini juga sudah mulai terbiasa memakan ikan air tawar,” katanya.
Wandi dan Andi Syukri punya mimpi menjadikan Kecamatan Ma’rang sebagai daerah percontohan budidaya ikan air tawar. Peluang dan kesempatan sangat terbuka. Sepanjang wilayah kecamatan ini terdapat ribuan hektar petak-petak empang yang dibiarkan tak berproduksi.
“Bayangkan!. Kalau saja per hektarnya itu bisa menghasilkan 5-10 ton ikan. Ada berapa ton yang bisa diproduksi setiap panen ?,” paparnya.
Kendala yang dihadapi petambak selama ini, selain karena kurang pahamnya tentang penerapan teknologi alih fungsi lahan, para petambak juga masih berpegang dengan pomeo bisnis,”cari pasar dulu, baru berproduksi”.
“Di sinilah bedanya antara petambak di Jawa dan kita. Di sana, mereka terus berproduksi. Pokoknya urusan pasar belakangan, kita di sini masih memikirkan ke mana mau dipasarkan. Saya yakin potensi perikanan di sini sangat besar. Mengapa ?. Karena ikan di sini masih segar ketika tiba di Makassar untuk di pasarkan. Apalagi infrastruktur jalan sudah mendukung, jarak antara Pangkep-Makassar hanya sejam, jadi peluang bisnis ini sangat terbuka, terlebih peran ini diambil pemerintah membantu petambak memasarkan produksinya,” harapnya.
Lebih rinci Wandi menjelaskan, untuk usaha yang dikelolanya, produksi 5 ton per hektarnya, modal kerjanya mencapai Rp40 Juta dan jika dipanen bisa mencapai Rp60 juta. Sekali panen membutuhkan waktu 120 hari hingga 150 hari. Saat ini dia mengelola 60 hektare lahan yang diisi beragam ikan air tawar, mulai dari Ikan Lele, Ikan Nila, Ikan Mas, Ikan Bawel, Ikan Patin, dan Ikan Gurami.
Bisnisnya pun mulai berkembang, dengan menjual bibit ikan, membuka lokasi pemancingan serta menyediakan lesehan dengan beraneka ragam menu ikan.”Pengunjung yang datang di sini bisa langsung menikmati hasil pancingannya. Ikan di sini rasanya beda. Lebih asli,” promosinya.(ujungpandangekspres.com)