Desa Leuwilajah, Kecamatan Rajagaluh, Majalengka adalah salah satu sentra anyaman rotan yang terkenal. Di sentra ini ratusan orang menjadi perajin anyaman rotan. Dengan kerapian tinggi dan proses natural, produk kerajinan rotan asal Rajagaluh ini diminati pasar Eropa.
Kerajinan anyaman rotan menjadi usaha yang populer di Kecamatan Rajagaluh, Majalengka. Tak hanya dipasarkan dalam negeri, hasil industri kerajinan masyarakat Majalengka ini juga menembus pasar ekspor.
Pamor kerajinan anyaman rotan di Rajagaluh terlihat jika kita memasuki salah satu wilayah seperti Desa Leuwilajah. Di desa ini terlihat pemandangan utama berupa kolam air ukuran 10 m x 5 m atau lebih besar. Kolam-kolam itu digunakan para perajin untuk merendam rotan mentah supaya lebih awet dan tidak gampang lapuk.
Selain Leuwilajah, Rajagaluh, sentra lain yang memproduksi anyaman rotan di Majalengka adalah Desa Mindi, Kecamatan Leuwimunding, dan Desa Balagedok, Kecamatan Sindangwangi. Hanya saja nama Rajagaluh paling populer di antara sentra lain.
Data Dinas Perindustrian Kecamatan Majalengka menunjukkan, di wilayah ini terdapat 14 eksportir anyaman rotan dan menyerap 30.000 tenaga kerja. “Kalau di Rajagaluh hanya ada lima eksportir anyaman rotan,” kata Ikhwan Hidayanto, salah satu eksportir anyaman rotan di Rajagaluh dengan nama Tjakil Furniture.
Dari lima eksportir tersebut, menurut Ikhwan, ada ratusan perajin lain yang menyuplai produk. Dia sendiri saat ini bekerja sama dengan sekitar 50 perajin rotan.
Ikhwan menambahkan, Rajagaluh menjadi wilayah utama produksi kerajinan anyaman rotan karena paling banyak pemain. Selain perajin kelas rumahan, ada juga perajin dengan tenaga kerja puluhan hingga ratusan. Selain itu ada juga eksportir kelas kakap.
Bisnis kerajinan anyaman rotan di Majalengka, khususnya Rajagaluh, menurut Ikhwan dimulai sejak 1975. Walaupun daerah ini bukan penghasil rotan, namun karena banyak pihak yang bergantung dengan bisnis ini. Majalengka menjadi terkenal karena rotan.
Undi, salah satu perajin anyaman rotan di Rajagaluh sejak 1980-an, bercerita. Dia mengatakan, masyarakat Majalengka dari dulu memang sudah terkenal sebagai perajin anyaman bambu yang andal. Dari banyak perajin anyaman bambu, ada yang masih menekuni bisnis anyaman bambu sampai sekarang, namun ada juga yang berpindah ke bahan baku rotan.
Mulai tahun 1975, banyak perajin yang mencoba menggunakan bahan baku lain selain bambu. Mereka meniru Kota Cirebon yang terlebih dahulu memanfaatkan rotan sebagai bahan baku kerajinan. Dengan berbagai pelatihan dan sosialisasi hingga 1980, mulailah warga Majalengka turut memproduksi kerajinan rotan.
Produk anyaman rotan yang berasal dari Majalengka digemari karena rapi. Menurut Undi, salah satu produknya yang digemari adalah anyaman keranjang rotan. Selain rapi, pengolahan rotan mentah yang khas juga menjadikan kerajinan asal Majalengka banyak dicari.
Warna-warna anyaman rotan yang dihasilkan juga lebih natural. Mereka menggunakan bahan pewarnaan alam untuk memproses warna putih rotan mentah menjadi abu-abu. Namun, tanaman semak yang digunakan untuk pewarnaan tersebut tak mau dibocorkan. “Itu menjadi rahasia pengolahan rotan di sini,” kata Ikhwan. Untuk bisa menghasilkan warna abu-abu, rotan harus direndam selama sebulan dengan campuran bahan tanaman semak tadi.
Karena kerapian dan kekhasan itulah, banyak importir dari Eropa datang ke Majalengka. Mereka mencari pemasok bagi toko-toko mereka di berbagai negara. “Importir Eropa biasanya melihat produk anyaman dari kerapian, presisi, dan proses pengolahan yang alamiah,” kata Ikhwan. Kerapian dan presisi sebuah produk anyaman rotan bisa terlihat dari jalinan anyaman, dan lekukan yang proporsional.
Perajin anyaman rotan Rajagaluh, Majalengka, Jawa Barat kerap kesulitan pasokan rotan. Utamanya saat musim hujan. Agar produksi tidak terganggu, para perajin mesti pintar-pintar menjaga stok. Caranya: membeli dalam jumlah banyak.
Terletak di Kecamatan Rajagaluh, Majalengka, Jawa Barat, Anda bisa datang ke sentra kerajinan rotan dengan kendaraan pribadi maupun angkutan umum. Dari kota Majalengka, Anda hanya akan menghabiskan waktu 30 menit menuju sentra ini. Namun, bila Anda tengah berada di Cirebon, butuh waktu sekitar satu jam untuk sampai.
Umumnya, perajin anyaman rotan Rajagaluh mengandalkan Pasokan rotan dari pedagang rotan di Cirebon. Rotan-rotan itu yang diperdagangkan itu berasal dari Kalimantan, Sumatra dan Sulawesi.
Dari banyak daerah sumber rotan, perajin rotan Rajagaluh lebih menyenangi rotan Kalimantan. “Harganya lebih murah,” celetuk Ikhwan Hidayanto, pengusaha kerajinan rotan dari Tjakil Furniture cepat.
Berdasarkan jenis rotan, banyak perajin rotan Rajagaluh yang membuat produk kerajinan dari rotan taman sega (Calamus caesius). Tapi, mulai tahun 2004, sebagian perajin mulai membuat anyaman rotan dari rotan jenis Soft koboo. Istimewanya rotan jenis ini adalah warnanya yang putih serta ringan.
Meski banyak orang bilang, pasokan rotan di Indonesia melimpah, perajin rontan Rajagaluh kerap kesulitan mendapatkan bahan baku kerajinan mereka. Penyebab utamanya adalah cuaca. “Saat musim hujan, suplai rotan seret,” ujar Ikhwan.
Agar produksi anyaman aman, Ikhwan mengaku harus pintar mengatur stok rotan. Ia memilih membeli dalam jumlah banyak bila pasokan tengah melimpah. Sekali beli, Ikhwan membeli rotan hingga 30 ton. Dengan cara ini, Ikhwan bisa terus berproduksi.
Sekadar informasi, rotan yang baru dibeli tidak langsung bisa dibuat anyaman. Terlebih dulu, rotan harus diolah menjadi warna abu-abu. “Warna ini disenangi pembeli Eropa,” katanya.
Proses mengolah rotan cukup sederhana. Perajin hanya merendam rotan dalam kolam yang sudah dicampur racikan pewarna alami dari daun jenis semak. Usai perendaman, rotan harus dikeringkan, lantas baru dianyam.
Dalam sepekan, Ikhwan mengaku mengolah rotan Soft koboo sebanyak lima ton hingga delapan ton. Ia mempekerjakan 50 perajin untuk mengolah 12 ton-18 ton rotan per bulan hingga menjadi produk anyaman
Kerajinan anyaman yang dihasilkannya adalah pot bunga, tempat baju kotor, peti, hingga lemari. Semua hasil produksi itu Ikhwan ekspor ke Belanda. Saban bulan, ia mengekspor dua sampai empat kontainer produk anyaman ke sana. “Nilai ekspor saya US$ 14.000-US$ 17.000 per bulan,” terang dua.
Pemain lain, Undi memilih berbisnis rotan sisa ekspor. Ia membeli produk rotan yang tak layak ekspor untuk dijual kembali ke pasar domestik. Umumnya, produk itu adalah produk yang sedikit cacat atau rusak.
Sebelum melempar produk ke pasar. Undi yang sudah melakoni bisnis ini sejak tahun 90-an terlebih dulu akan memperbaiki produk yang cacat atau rusak. Undi yang biasanya membeli satu produk anyaman Rp 40.000 itu mendapat omzet Rp 25 juta per bulan dari bisnis ini.
Perajin anyaman rotan di Kecamatan Rajagaluh, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat sulit untuk menambah produksi. Selain masalah kelangkaan bahan baku rotan berkualitas, perajin mengeluhkan harga rotan yang bisa naik empat sampai lima kali dalam setahun.
Walaupun perajin anyaman rotan di Kecamatan Rajagaluh, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat ekspor ke mancanegara, tapi mereka tak luput dari masalah produksi. Mulai dari masalah kelangkaan bahan baku rotan, hingga masalah kenaikan harga rotan yang terjadi tiap tahun.
Kelangkaan pasokan bahan baku rotan dirasakan perajin anyaman rotan sejak tahun 2005, semenjak pemerintah membuka keran ekspor rotan. Perajin menilai, kebijakan ekspor rotan itu menghambat pasokan rotan ke daerah termasuk ke Rajagaluh, Majalengka.
Ikhwan Hidayanto, pengusaha kerajinan rotan Tjakil Furniture bilang, sejak keran ekspor dibuka, bahan baku rotan lebih banyak diekspor ketimbang dijual di dalam negeri, terutama rotan yang berkualitas tinggi. “Kualitas rotan yang tersisa hanya rotan berkualitas rendah,” keluh Ikhwan.
Ikhwan sendiri mengaku kesulitan mendapatkan pasokan rotan berkualitas itu. Jika pun tersedia, Ikhwan mesti merogoh kocek lebih dalam karena harga naik. “Kasihan perajin yang harus menambah modal agar bisa tetap bekerja dan produksi,” terang Ikhwan.
Keluhan sama disampaikan oleh Wawa, perajin anyaman rotan dari CV Dita Mandiri Persada di Rajagaluh. Wawa mengaku sulit mendapatkan pasokan rotan jenis soft koboo. “Kelangkaan rotan itu terjadi di Cirebon,” terang Wawa yang biasa memasok rotan dari Cirebon.
Dampak keterbatasan pasokan rotan itu mengganggu produksi anyaman rotan milik perajin. Wawa mengaku sering terlambat mengirim pesanan anyaman rotan milik pembelinya di luar negeri. “Kondisi ini menghambat ekspor kami,” katanya.
Sebenarnya Wawa ingin mengatasi kelangkaan bahan baku rotan dengan membeli langsung rotan itu kepada produsen di Kalimantan. Namun upaya itu urung dilakukan karena biayanya sangat mahal.
Selain seretnya pasokan rotan, Wawa mengeluhkan harga rotan yang naik terus tanpa henti. Wawa mencontohkan, sepanjang tahun ini saja harga rotan soft koboo naik 44% . “Tahun lalu harga rotan soft koboo Rp 9.000 per kilogram (kg), sekarang sudah Rp 13.000 per kg,” urai Wawa.
Kenaikan harga bahan baku rotan menambah biaya produksi anyaman rotan. Agar perajin tidak merugi, sebagian mereka melakukan rasionalisasi harga atau memangkas laba. “Sekarang kami terpaksa ambil untung tipis,” jelas Ikhwan.
Andre Sundriyo, Ketua Bidang Pemasaran dan Promosi Asosiasi Mebel, Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) bilang, keluhan perajin itu merupakan masalah lama yang tak berkesudahan. Ia berharap pemerintah membentuk lembaga khusus guna menjaga suplai bahan baku rotan. “Pemerintah sebaiknya membuat lembaga seperti Bulog yang bertugas menjaga suplai rotan,” harap Andre.
Selain masalah pasokan, ia berharap pemerintah melakukan bimbingan teknis untuk mengembangkan desain anyaman milik perajin. “Desain anyaman rotan itu seperti desain fesyen, yang cepat berkembang,” ungkap Andre.
Sumber:
http://peluangusaha.kontan.co.id/v2/read/1321257642/82638/Sentra-anyaman-rotan-Rajagaluh-Memikat-pasar-Eropa-dengan-rotan-1-
http://peluangusaha.kontan.co.id/v2/read/1321345144/82760/Sentra-anyaman-rotan-Rajagaluh-Jaga-stok-rotan-agar-produksi-aman-2-
http://peluangusaha.kontan.co.id/v2/read/peluangusaha/82850/Sentra-anyaman-rotan-Rajagaluh-Sulit-tumbuh-akibat-pasokan-rotan-langka-3-