Semut dan Rayap Serta Pengendaliannya

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semut adalah hama pemukiman yang sangat dominan di jumpai di seluruh dunia dan sangat erat hubungannya dengan keberadaan manusia. Semut merupakan serangga eusosial yang berasal dari keluarga Formisidae, dan semut termasuk dalam ordo Himenoptera bersama dengan lebah dan tawon. Semut terdapat hampir di segala penjuru daratan dunia, kecuali di perairan. Mereka mempunyai banyak jenis. Perilaku mereka terkadang sering dijadikan contoh kerukunan yang terjadi didunia serangga. Tubuhsemutterdiriatastigabagian, yaitu kepala, mesosoma (dada),danmetasoma(perut). Morfologisemutcukupjelasdibandingkandenganserangga lainyangjugamemiliki antena, kelenjarmetapleural, dan bagian perut keduayang berhubunganketangkaisemutmembentuk pinggang sempit (pedikel)diantara mesosoma(bagianronggadadadandaerahperut)danmetasoma(perutyangkurangabdominalsegmendalampetiole).Petioleyangdapatdibentukolehsatuatauduanode(hanyayangkedua,atauyangkeduadanketiga abdominalsegmeninibisaterwujud) (Putra N, 1994).
Pengganggu manusia selain semut adalah rayap. Rayap juga termasuk kelompok serangga sosial. Rayap adalah termasuk binatang Arthropoda, kelas Insekta dari ordo Isoptera.Rayap merupakan serangga kecil berwarna putih pemakan selulosa yang sangat berbahaya bagi bangunan yang dibangun dengan bahan-bahan yang mengandung selulosa seperti kayu dan produk turunan kayu (papan partikel, papan serat, plywood, blockboard dan laminated board)(Hasan, 1984).
Rayap adalah serangga-serangga sosial pemakan selulosa yang berukuran sedang, merupakan ordo isoptera, secara efektif kelompok kecil dari serangga yang terdiri kira-kira 1900 jenis di dunia. Mereka hidup dalam masyarakat dengan organisasi tinggi dan terpadu, atau koloni-koloni dengan individu yang secara morfologi dibedakan menjadi bentuk kasta, seperti kasta reproduktif, pekerja dan serdadu. Bagi masyarakat pengendali hama, pengenalan, biologi dan perilaku (etologi) rayapmerupakan pengetahuan essensial, sedangkan bagi masyarakat umum hal ini di samping bermanfaat sebagai penambah pengetahuan untuk menghindari kerugian ekonomis yang ditimbulkan oleh kerusakan terhadap bangunan habitat pemukimannya, karena dengan demikian dapat dilakukan tindakan atau perlakuan khusus untuk mengendalikan hama perusak kayu ini (Borror, 1996).
B. Tujuan
a) Mengetahui siklus hidup semut dan rayap.
b) Mengetahui kerugian yang ditimbulkan oleh semut dan rayap.
c) Mengetahui cara pengendalian semut dan rayap.
BAB II
ISI
A. Semut
1. Klasifikasi ilmiah
Klasifikasi semut menurut Latreille (1809), dalam wikipedia adalah :
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Order : Hymenoptera
Uporder : Apokrita
Superfamily : Vespoidea
Family : Formicidae
2. Jenis Semut
a. Semut api
Nama latin semut ini adalah Solenopsis spp (fire ants). Semut ini berwarna kuning pucat sampai kuning kemerahan (pekerja) dan berukuran 3,0-4,5 mm. Ciri utamanya adalah adanya petiol mempunyai dua node (tonjolan) dan antena 10 ruas dengan dua ruas terakhir membentuk club di ujungnya. Pada ujung abdomen terdapat alat penyengat yang dapat menyakiti orang yang kontak dengan semut ini, sengatannya sangat menyakitkan. Semut api melindungi dirinya dengan membuat gundukan biasanya di tempat yang terpapar sinar matahari. bentuk gundukan tidak teratur di atas tanah dengan banyak terowongan di bawahnya.
b. Semut Faraoh
Nama latin semut ini adalah Monomorium pharaonis. Semut ini berwarna kuning terang sampai coklat kemerahan, ukurannya 2,5-3 mm (pekerja). Ciri utama mempunyai dua node dan antena yang terdiri dari 12 ruas dengan tiga ruas ujung menggembung. Masa telur 7,5 hari, peroide larva 18,5 hari, periode prepupa 3 hari, periode pupa 9 hari. Periode telur sampai menjadi pekerja 38 hari. Pekerja dapat hidup 9-10 minggu, sedangkan ratu bisa hidup 39-56 minggu di laboratorium. Rata-rata selama hidupnya dapat bertelur 25-35 per hari. Semut ini dapat bersarang dimanapun,bersifat omnivor terutama yang manis dan mengandung protein.
c. Semut Bau (odorous house ant)
Nama latin semut ini adalah Tapinoma sessile (odorous house ant), berwarna hitam kecoklatan, berukuran 3,3 mm. Ciri utamanya adalah adanya petiol yang mempunyai satu node (tonjolan) dan antena 12 ruas tanpa club diujungnya. Semut ini disebut semut bau karena berbau saperti kelapa busuk ketika dihancurkan. Saat terganggu semut bau biasanya pekerja akan lari secara tidak menentu sambil mengangkat abdomennya. Semut bau bersarang di dalam dan.di luar rumah. Di luar rumah biasanya di bawah batu, tanah, jalan dan lain-lain, sedangkan di dalam rumah biasanya di dinding, lantai, dan dekat pipa air (Anonim, 2011)

3. Morfologi
Secara garis besar tubuh semut terdiri atas tiga bagian, yaitu kepala, dada, dan perut. Pada kepala terdapat bagian mata, mulut, dan sepasang antenna. Semut memiliki sepasang mata majemuk atau mata facet dan mata tunggal. Antenanya membentuk sudut atau menyiku. Hal ini merupakan salah satu ciri khas dari serangga ini. Fungsi dari antenna adalah sebagai organ peraba dan pencium. Semut memiliki sepasang rahang yang sangat kuat dan tajam. Bagian dada merupakan tempat terletaknya sayap dan 3 pasang kaki. Sayap tersebut hanya dimiliki oleh kasta reproduktif. Semut memiliki 2 pasang sayap, dimana sayap belakang ukurannya lebih kecil dibandingkan dengan sayap depan. Semut memiliki kaki yang sangat kuat dan mereka dapat berjalan dengan cepat. Tubuhnya mampu mengangkat beban hingga 20 kali berat bobot tubuhnya. Perut semut terdiri atas 2 bagian. Ciri khas dari serangga ini adalah terdapat bagian yang menyempit pada perutnya yang menghubungkan antara dada dengan perut yang disebut dengan petiole (Putra N, 1994).
Semut memiliki antena dua belas ruas dengan bagian ujung antena tidak berbentuk bonggol, seluruh tubuh berwarna hitam pekat. Seluruh permukaan tubuh, kepala dan pedicel kasar/kesat. Mandibula pendek, seperti segitiga. Abdomen bergaris memanjang dengan konstruksi antara segmen-segmen basal terlihat jelas, petiola satu ruas dengan bentuk pipih, ukuran tubuh semut pekerja 10-12mm (Borror, 1996).
4. Siklus Hidup
Semut mengalami metamorfosis sempurna yang terdiri dari 4 fase, yaitu telur, larva, pupa, dan dewasa. Telur semut berbentuk oval, berwarna putih bening dan berukuran sangat kecil. Larva berwarna putih. Pada fase larva, semut tidak memiliki mata dan kaki. Larva tersebut tidak dapat bergerak. Selama fase tersebut, larva dipelihara dan diberi makan oleh semut pekerja. Sama halnya dengan larva, pada saat fase pupa pun tidak dapat bergerak. Pupa berwarna putih kekuningan. Pada fase ini bentuknya sudah tampak seperti serangga dewasa, namun tidak dapat bergerak, tidak berwarna dan masih lunak. Pada fase pupa, semut tidak melakukan aktifitas makan. Siklus hidupnya mulai dari telur hingga dewasa memakan waktu antara 6 minggu hingga 2 bulan (Fauzan, 2006).
5. Kebiasaan Semut
Menurut Ismantono (2005), Kebiasaan dan prilaku semut terdiri dari
a. Sistem kasta
Semut merupakan serangga sosial yang mengenal system kasta. Kasta pada semut terdiri atas 2 kasta yaitu kasta pekerja dan kasta reproduktif ( rat dan raja atau calon dari raja dan ratu). Semut pekerja bertugas sebagai pembuat sarang, memperbaiki sarang yang rusak, menjaga sarang dari musuh, mencari makan, memberi makan pada semut yang belum dewasa (larva) dan semut dewasa termasuk ratu. Semut pekerja merupakan betina steril yang tidak memiliki sayap.
b. Tugas setiap kasta
Tugas utama seekor ratu adalah bereproduksi. Akan tetapi, pada saat awal membentuk koloni yang baru ia harus merawat dan memberi makan (melalui kelenjar saliva) semut pekerja keturunan pertamanya. Pada kondisi normal, semut reproduktif memiliki 2 pasang sayap, namun setelah perkawinan terjadi maka sayap tersebut lepas dengan sendirinya. Seekor ratu dapat hidup hingga beberapa tahun dan jika ia mati maka akan digantikan oleh calon ratu lainnya yang masih satu koloni. Jumlah ratu dalam satu koloni bermacam-macam. Ada koloni yang hanya memiliki satu ekor ratu dan ada yang memiliki lebih dari satu ekor ratu. Hal ini tergantung dari spesies semut itu sendiri.
c. Prilaku makan
Dalam kesehariannya, semut pekerja beraktifitas untuk mencari makan. Mereka akan menyebar untuk mendapatkan sumber makanan. Semut yang telah menemukan sumber makanan akan kembali menuju sarang sambil menandai rute jalan menuju sumber makanan tersebut. Hal ini dilakukan untuk memberi tahu temannya rute jalan yang harus ditempuh. Sehingga aktifitas semut tersebut membentuk jalur yang menghubungkan antara sarang dengan sumber makanan. Makanan yang disukai oleh semut sangat beragam, hal ini tergantung pada spesies semut tersebut.
Semut di iklim kering atau semut honeypot Myrmecocystus harus menyimpan makanan untuk bertahan hidup lama dari kelangkaan, tubuh mereka membengkak karen cairan cadangan, dan dibawa ke sarang pasangan. Semut api menyukai madu, gula, protein, berbagai minyak, benih tanaman, tumbuhan dan serangga lainnya. Semut paraoh menyukai gula, protein, berbagai minyak, dan serangga. Crazy ant sangat menyukai gula, protein dan serangga. Sedangkan semut carpenter sangat suka dengan gula dan serangga.
Perilaku semut pekerja dalam pencarian makan dan pengangkutannya ke sarang berbeda-beda, tergantung spesies. Pada umumnya terdapat dua prilaku yaitu ada yang membentuk alur dalam pergerakannya dan ada pula yang tidak. Contoh semut yang pergerakannya membentuk alur adalah odorus ant, pharaoh ant, sedangkan contoh semut yang tidak membentuk alur adalah crazy ant.
6. Peranan dalam Kesehatan
Selain sebagai pengganggu di dalam dan sekitar gedung, semut juga berpotensi menularkan penyakit dan mengganggu kesehatan pada manusia dan hewan, karena sengatannya yang cukup menyakitkan dan sebagian orang yang mempunyai sifat alergi sengatan semut ini bisa menimbulkan gangguan kesehatan yang serius. Contoh semut yang sengatannya cukup menyakitkan adalah semut api Solenopsis germinata dan Solenopsis invicta (Banot, 2007).
B. Rayap
1. Klasifikasi ilmiah
Rayap yang merupakan serangga kecil ini hidup berkelompok dengan sistem kasta yang berkembang biak dengan sempurna. Serangga ini masuk dalam ordo isoptera (dari bahasa Yunani: iso = sama; ptera = sayap) (Susanta, 2007).
Menurut Nandika dkk (2003) klasifikasi rayap sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phyllum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Isoptera
Famili :Mastotermitidae,Kalotermitidae, Termopsidae, Hodotermitidae, Rhinotermitidae, Serritermitidae, Termitidae
2. Morfologi
Rayap yang ditemukan di daerah tropis jumlah telurnya dapat mencapai ± 36000 sehari bila koloninya sudah berumur ± 5 tahun. Bentuk telur rayap ada yang berupa butiran yang lepas dan ada pula yang berupa kelompok terdiri dari 16-24 butir telur yang melekat satu sama lain. Telur-telur ini berbentuk silinder dengan ukuran panjang yang bervariasi antara 1-1,5 mm (Hasan, 1986).
Nimfa muda akan mengalami pergantian kulit sebanyak 8 kali, sampai kemudian berkembang menjadi kasta pekerja, prajurit dan calon laron. Kepala berwarna kuning, antena, labrum, dan pronotum kuning pucat. Bentuk kepala bulat ukuran panjang sedikit lebih besar daripada lebarnya. Antena terdiri dari 15 segmen. Mandibel berbentuk seperti arit dan melengkung diujungnya, batas antara sebelah dalam dari mandibel kanan sama sekali rata. Panjang kepala dengan mandibel 2,46-2,66 mm, panjang mandibel tanpa kepala 1,40-1,44 mm dengan lebar pronotum 1,00-1,03 mm dan panjangnya 0,56 mm, panjang badan 5,5-6 mm. Bagian abdomen ditutupi dengan rambut yang menyerupai duri. Abdomen berwarna putih kekuning-kuningan (Nandika dkk, 2003).
3. Kasta Rayap
Rayap hidup berkoloni dan mempunyai sistem kasta dalam kehidupannya. Menurut (Nandika dkk, 2003), kasta dalam rayap terdiri dari 3 (tiga) kasta yaitu :
a. Kasta prajurit, mempunyai ciri-ciri kepala yang besar dan penebalan yang nyata. Kasta ini mempunyai peranan dalam koloni sebagai pelindung koloni terhadap gangguan dari luar. Kasta ini mempunyai mandible yang sangat besar yang digunakan sebagai senjata dalam mempertahankan koloni.
b. Kasta pekerja, mempunyai warna tubuh yang pucat dengan sedikit kutikula dan menyerupai nimfa. Kasta pekerja berjumlah 80-90% dari populasi dan koloni. Peranan kasta ini adalah bekerja sebagai pencari makan, mambuat sarang, memindahkan makanan saat sarang terancam serat, serta memberi makan, melindungi dan memelihara ratu.
c. Kasta reproduktif, merupakan individu individu seksual yang terdiri dari betina yang bertugas bertelur dan jantan yang bertugas membuahi betina. Ukuran tubuh ratu mencapai 5-9 cm atau lebih.
4. Struktur Sosial Rayap
Struktur sosial rayap adalah sebagai berikut :
a. Ratu, yaitu laron (rayap betina fertil). Tugasnya adalah bertelur.
b. Raja, yaitu laron (rayap jantan fertil). Tugasnya adalah melestarikan keturunan.
c. Pekerja, yaitu rayap yang bertugas untuk bekerja guna kepentingan seluruh masyarakat koloni. Memberi makan raja dan ratu, serta menjaga sarang dari kerusakan. Kasta pekerja merupakan koloni terbesar dan merupakan penyebab utama kerusakan. Tubuh rayap yang merupakan kasta pekerja berwarna krem transaparan, lunak dan bekerja di luar sarang. Kasta pekerja mencari makanan berupa serat dan selulosa. Tugas kasta pekerja adalah membangun terowongan, memperbaiki sarang.
d. Serdadu/prajurit, yaitu rayap yang bertugas melindungi masyarakat dan sarang koloni. Pada tiap lubang pintu sarang maupun terowongan, tempat kasta pekerja menjalankan kewajibannya, dijaga ketat oleh kasta serdadu. Tiap serangga asing yang berusaha memasuki tempat-tempat itu segera akan diserang (Hasan, 1984).
5. Jenis-jenis Rayap
Menurut Waryono (2004), berdasarkan lokasi sarang utama atau tempat tinggalnya, rayap perusak kayu dapat digolongkan dalam tipe-tipe berikut :
a. Rayap pohon, yaitu jenis rayap yang menyerang pohon yang masih hidup, bersarang dalam pohon, dan tidak berhubungan dengan tanah. Contoh rayap ini adalah Neotermes tectonae (famili Kalotermitidae) dan hama pohon jati (Tectona grandis).
b. Rayap kayu lembab, yaitu jenis rayap yang menyerang kayu mati dan lembab, bersarang dalam kayu, dan tidak berhubungan dengan tanah. Contoh rayap ini adalah rayap dari genus Glyptotermes (Glyptotermes spp., famili Kalotermitidae).
c. Rayap kayu kering, yaitu jenis rayap yang hidup di dalam kayu mati yang telah kering. Rayap ini umumnya terdapat di rumah-rumah dan perabot-perabot seperti meja, kursi, lemari dan barang lainnya yang terbuat dari kayu. Tanda serangannya adalah terdapatnya butir-butir ekskremen kecil berwarna kecoklatan yang sering berjatuhan di lantai atau di sekitar kayu yang diserang. Rayap ini juga tidak berhubungan dengan tanah, karena habitatnya kering. Contoh rayap ini adalah Cryptotermes spp (famili Kalotermitidae).
d. Rayap subteran, yaitu jenis rayap yang umumnya hidup di dalam tanah yang mengandung banyak bahan kayu yang telah mati atau membusuk, seperti tunggak pohon baik yang telah mati maupun masih hidup. Perilaku rayap ini mirip rayap tanah, namun perbedaannya bersarang di dalam kayu yang diserangnya, walaupun tidak ada hubungan dengan tanah, tapi sarang tersebut lembap, misalnya tetesan air hujan dari atap bangunan yang bocor. Di Indonesia rayap subteran yang paling banyak merusak adalah jenis-jenis dari famili Rhinotermitidae. Terutama dari genus Coptotermes (Coptotermes spp.) dan Schedorhinotermes.
e. Rayap tanah. Mereka bersarang dalam tanah terutama dekat pada bahan organik yang mengandung selulosa seperti kayu, serasah dan humus. Jenis rayap ini sangat ganas, dapat menyerang obyek-obyek berjarak sampai 200 meter dari sarangnya. Untuk mencapai kayu sasarannya rayap ini bahkan dapat menembus tembok yang tebalnya beberapa cm, dengan bantuan enzim yang dikeluarkan. Jenis rayap tanah di Indonesia adalah dari famili Termitidae. Contoh Termitidae yang paling umum menyerang bangunan adalah Macrotermes spp. (terutama M. gilvus) Odontotermes spp. dan Microtermes spp.
6. Siklus Hidup Rayap
Telur yang menetas yang menjadi nimfa akan mengalami 5-8 instar. Jumlah telur rayap bervariasi, tergantung kepada jenis dan umur. Saat pertama bertelur betina mengeluarkan 4-15 butir telur. Telur rayap berbentuk silindris, dengan bagian ujung yang membulat yang berwarna putih. Panjang telur bervariasi antara 1-1,5 mm. TelurC.curvignathus akan menetas setelah berumur 8-11 hari. Dalam perkembangan hidupnya berada dalam lingkugan yang sebagian besar diaturdalam koloni dan terisolir dari pengaruh nimfa sesuai dengan kebutuhan koloni. Nimfa-nimfa yang sedang tumbuh dapat diatur menjadi anggota kasta, yang diperlakukan bahwa nasib rayap dewasa an siap terbang dapat diatur (Borror, 1996).
Kasta pekerja jumlahnya jauh lebih besar dari seluruh kasta yang terdapat dalam koloni rayap. Nimfa yang menetas dari telur pertama dari seluruh koloni yang baru akan berkembang menjadi kasta pekerja. Waktu keseluruhan yang dibutuhkan dari keadaan telur sampai dapat bekerja secara efektif sebagai kasta pekerja pada umumnya adalah 6-7 bulan. Umur kasta pekerja dapat mencapai 19-24 bulan. Kasta pekerja berikutnya berbentuk dari nimfa-nimfa yang cukup besar dan mempunyai warna yang lebih gelap dibandingkan denan anggota perbentukan pertama. Kepala dilapisin dengan polisacharida yang disebut chitin dan menebal pada bagian rahangnya. Pada segmen terakhir dari pangkal sterink terdapat alat kelamin yang tidak berkembang dengan sempurna sehingga membuat kasta pekerja ini menjadi mandul (Hasan, 1986).
Nimfa muda akan mengalami pergantian kulit sebanyak 8 kali, sampai kemudian berkembang menjadi kasta pekerja, prajurit dan calon laron (Nandika, 2003).
7. Kebiasaan Rayap
Rayap membersihkan satu sama lain dengan bagian-bagian mulut mereka, sebagai satu akibat dari daya tarik sekresi yang biasanya dapat diperoleh pada tubuhnya. Makanan rayap terdiri dari kupasan kulit dan tinja individu-individu lain, individu-individu yang mati, bahan-bahan tumbuhan seperti kayu dan produk-produk kayu. Beberapa rayap hidup didalam habitat-habitat di bawah tanah yang lembab dan lain-lainnya hidup di habitat-habitat yang kering diatas tanah. Bentuk-bentuk dibawah tanah secara normal hidup di kayu bagian bawah atau kontak dengan tanah. Rayap dapat masuk ke dalam kayu yang jauh dari tanah, tetapi harus mengusahakan jalan lintas atau lorong-lorong penghubung kedalam tanah, dari tempat itu mereka memperoleh kelembaban.
Beberapa jenis rayap membuat tabung-tabung antara tanah dan kayu. Tabung-tabung ini dibuat dari tanah yang dicampur dengan sekresi dari satu lubang diatas bagian depan kepala (ubun-ubun:fontanel). Sarang-sarang berada di dalam tanah seluruhnya atau dapat pula menonjol ke permukaan. Rayap kayu kering yang hidup diatas tanah (tanpa kontak dengan tanah) hidup di patok-patok, potongan-potongan batang pohon, dan bangunan yang terbuat dari kayu. Sumber utama kelembaban adalah air metabolik (air berasal dari oksidasi makanan). Selulosa dalam makanan rayap dicerna oleh berbagai macam protista flagelata yang tidak terbilang jumlahnya dan hidup dalam saluran pencernaan rayap. Seekor rayap yang flagellata-flagellatanya diambil akan meneruskan makanan, tetapi rayap kemudian akan mati kelaparan karena makanan tidak dapat dicerna. Hubungan ini adalah satu contoh yang sangat bagus dari simbiosis mutualisme. Beberapa rayap mengandung bakteri dari flagelata. Rayap-rayap melakukan bentuk yang tak ada duanya dalam pertukaran cairan dubur, dengan cara inilah mikroorganisme usus ditularkan dari satu individu ke individu lainnya (Borror, 1996).
8. Peranan dalam Kesehatan
Diseluruh dunia jenis rayap yang telah dikenal ada sekitar 2000 spesies (sekitar 120 spesies merupakan ham) sedangkan lebih kurang dari 20 spesies yang diketahui berperan sebagai hama perusak kayu dan sebagai vektor penyakit pada manusia. Namun, tidak semua serangga bersifat sebagai hama dan perusak bengunan. Kebanyakan serangga seperti jenis rayap juga sangat diperlukan dan berguna bagi manusia. Rayap biasa berperan dalam menjaga daur hidup rantai dan jaring-jaring makanan di suatu ekosistem. Sebagai contoh apabila benthos (larva serangga yang hidup di perairan) jumlahnya sedikit, secara langsung akan mempengaruhi kehidupan ikan dan komunitas hidup organisme lainnya di suatu ekosistem sungai atau danau. Di bidang pertanian, apabila serangga penyerbuk tidak ditemukan maka keberhasilan proses penyerbukan akan terhambat (Tobing, 2007).
Selama ini bahaya serangan rayap selalu dihubungkan dengan kayu atau bahan sejenisnya yang mengandung selulosa dan tidak diawaetkan maupun yang bermutu rendah, sehingga bila diyakini konstruksi bangunan gedung telah terbuat dari bahan non kayu, diantaranya beton, baja, dan tembok maka dianggap terbebas dari peran rayap sebagai binatang pengganggu (Prayogo, 2007).
C. Perbedaan Semut dan Rayap
Perbedaan antara semut dan rayap secara umum menurut (Tarumingkeng, 2001)antara lain :
D. Kerugian Akibat Semut dan rayap
a. Kerugian Semut
Adanya infestasi semut menimbulkan beberapa kerugian, diantaranya :
a. Menimbulkan gangguan di area rumah, terutama dapur.
b. Kontaminasi terhadap makanan.
c. Menyebabkan kerusakan pada kemasan.
d. Menyebabkan alergi pada manusia yang diakibatkan oleh sengatannya.
b. Kerugian Rayap
Sejak lama rayap diidentikkan dengan kerusakan-kerusakan rumah, bangunan-bangunan lain, kayu-kayu papan, kertas, buku-buku, dan sebagainya, dan tahun-tahun belakangan ini mendapat perhatian sebagai penyebab kerusakan-kerusakan berbagai hasil pertanian. Hasil pertanian yang dapat dirusak oleh rayap diantaranya adalah pohon buah-buahan, kelapa, karet, cengkeh, sayuran seperti kobis, kacang, dan berbagai tanaman hias, antara lain mawar. Penyerangan dilakukan dalam semua tingkat pertumbuhan, dari masa pembibitan sampai masa dewasa (Hasan, 1984).
E. Pencegahan dan Pengendalian Semut dan Rayap
a. Pencegahan dan Pengendalian Semut
Pengendalian semut antara lain :
a) Pemasangan perangkap semut.
b) Pemberian bahan umpan feromon semut.
c) Spraying dengan bahan attractant.
Selain itu pengendalian semut dapat dilakukan dengan cara inspeksi semut. inspeksi merupakan hal yang sangat penting dalam keberhasilan suatu pengendalian. Berikut ini hal-hal atau tempat-tempat yang harus dperhatikan dalam menginspeksi semut antara lain infestasi semut hidup, adanya bangkai semut, adanya swarmer, celah atau retakan pada bangunan, contoh celah/ retakan pada dinding, celah pada saklar listrik, celah dari mesin AC, kayu-kayu yang telah rapuh pada struktur bangunan atau furniture, sumber makanan, seperti ceceran makanan yang ada di dapur, tempat sampah, tempat penyimpanan makanan, sarang atau tempat ini dapat diketahui dengan mengikuti alur aktifitas semut. Biasanya sarang tersebut berada pada tanah (taman), tumpukan kayu bekas, kayu rapuh pada struktur bangunan (Fauzan, 2006).
b. Pencegahan dan Pengendalian Rayap
Pengendalian rayap hingga saat ini masih mengandalkan penggunaan insektisida kimia (termisida), yang dapat diaplikasikan dalam beberapa cara yaitu melalui penyemprotan, atau pencampuran termisida dalam bentuk serbuk atau granula dengan tanah. Teknik penyuntikan pada bagian pohon atau sistem perakaran tanaman yang terserang atau dengan cara penyiraman disekitar tanaman (Nandika dalam Wulandari, 2009).
Racun akut yang kebanyakan dari kelompok fosfat-organik atau organofosfat dan karbamat kurang dapat mengendalikan populasi rayap karena sifatnya yang tidak tahan lama (non persistent) di lingkungan, walaupun kekuatannya luar biasa. Salah satu contoh fosfat organic yang sering digunakan untuk soil treatment terhadap rayap penyerang bangunan adalah chlorpytifos (Tarumingkeng dalam Wulandari 2009).
Nematoda Steinernema carpocapsae memiliki efektifitas cukup mengendalikan rayap. Umumnya nematoda Steinernema carpocapsae banyak ditemukan didalam tanah, sehingga diharapkan rayap C. curvignathus yang selalu berhubungan dengan tanah akan dapat dimanfaatkan sebagai agen hayati. Pemberian nematoda dengan jumlah terkecil menimbulkan 38,16% dan dengan jumlah tertinggi menimbulkan mortalitas 60,80%. Pengendalian hama terpadu (PHT) termasuk pengendalian rayap pada kelapa sawit berpedoman pada Undang- undang No.12 tahun 1992 tentang system Budidaya Tanaman, dan dalam sistem tersebut pengendalian hayati dengan memanfaatkan musuh alami hama seperti parasitoid, predator dan pathogen menjadi komponen utama, sedangkan secara kimiawi merupakan alternative terakhir (Purba dkk dalam Wulandari 2002).
Pengumpanan adalah salah satu teknik pengendalian yang ramah lingkungan. Dilakukan dengan menginduksi racun slow action kedalam kayu umpan, dengan air trofalaksinya kayu tersebut dimakan rayap pekerja dan di sebarkan kedalam koloninya. Teknik pengumpanan selain untuk mengendalikan juga dapat digunakan untuk mempelajari keragaman rayap tanah (Tarumingkeng dalam Wulandari 2009).

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Semut. http://www.wikipedia.org. Diakses pada tanggal 20 Mei 2011.
Banot, R. 2007. Ant Biology and Life Cycle. http://www.knoledge_gallery/article-112/ant-biology-and-life-cycle.htm. Diakses tanggal 23 Mei 2011.
Borror, D. 1996. Pengenalan Pelajaran Serangga. Yogyakarta, UGM Press.

Fauzan, U. (2006). Siklus Hidup Semut Dan Cara Pembrantasannya (Online). http://positivethink.in/positive-story/96-belajar-dari-filosofi-semut.html. Diakses 23 Mei 2011.

Hasan, T. 1984. Rayap dan Pemberantasannya. Yayasan Pembinaan Watak dan Bangsa, Jakarta.

________. 1986. Rayap dan Pemberantasannya (Penanggulangan dan pencegahan). Yasaguna, Jakarta.

Ismantono, R. (2005). Fisiologi Dan Kebiasaan Semut (Online). http://burungkicauan.net/news-siklus-hidup-semut. Diakses tanggal 23 Mei 2011.

Nandika, et al. 2003. Rayap : Biologi dan Pengendaliannya. Harun JP Ed. Muhammadiyah University Press, Surakarta.

Prayogo, I. 2007. Beberapa Pengalaman Menghadapi Serangan Rayap dan paya Pencegahannya (Online). http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/ 21340/4/ Chapter%20II.pdf. Diakses tanggal 23 Mei 2011.

Putra, N. 1994. Serangga disekitar Kita. Kanisius, Yogyakarta.

Susanta, 2007. Cara Praktis Mencegah dan Membasmi Rayap. Jakarta : Penebar Swadaya.

Tarumingkeng, CR. 2001. Biologi dan Perilaku Rayap (Online). http://www.rudyct.com/biologi_dan_perilaku_rayap.htm. PSIH IPB, Bogor. Diakses tanggal 20 Mei 2011.

Tobing, D. 2007. Penggunaan berbagai Konsentrasi hitosan dan Fipronil terhadap Pengendalian Hama Rayap (Online). http://repository.usu.ac.id/ bitstream/1234 56789/7702/1/09E01568.pdf. Diakses tanggal 23 Mei 2011.

Waryono, T. 2004. Ekosistem Rayap dan Vektor Demam Berdarah di Lingkungan Permukiman. Dipaparkan pada Seminar sehari Penanggulangan Rayap dan Vektor Demam Berdarah Pada Bangunan dan Perumahan, Klub Pesona Khayangan Estat, Depok 2 September 2004. Kumpulan Makalah Periode 1987-2008.
Wulandari, G. 2009. Bentar Uji Toksisitas Kitosan untuk Mengendalikan rayap (Online).http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7702/1/09E01568.pdf. Diakses tanggal 23 Mei 2011.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *