BANDUNG,(BB) – Jenis teh hitam dan teh hijau yang diproduksi perkebunan teh di Jawa Barat, menguasai pasar ekspor teh Indonesia ke Amerika Serikat, Jerman, Inggris , Belanda serta negara – negara di Asia.
Para pembeli teh, umumnya melakukan transaksi dengan cara lelang mingguan yang diselenggarakan oleh Kantor Dagang Gabungan di Jakarta. Teh asal Indonesia, selain diekspor ke Eropa juga ke Australia, Selandia Baru, Pakistan dan Jepang.
Menurut keterangan yang diperoleh dari Bagian Bina Usaha Dinas Perkebunan Jawa Barat, produksi teh nasional saat ini lebih dari 80% diproduksi dari perkebunan teh yang ada di wilayah Jawa Barat.
Bisnis perkebunan di Jabar dilakukan oleh tiga kelompok pengusaha, terdiri dari perkebunan swasta, perkebunan negara dan perkebunan rakyat. Tanaman teh sebagai salah satu produk unggulan Jawa Barat terhampar di kawasan pegunungan pada ketinggian antara 500 – 1.500 di atas permukaan laut (dpl) seluas 99. 942 hektar atau sekitar 70% dari seluruh area perkebunan teh di Indonesia.
Area perkebunan yang dikelola petani (perkebunan rakyat) seluas 52.630 hektar, perusahaan swasta 21.229 hektar dan perkebunan negara (pemerintah) seluas 26.083 hektar dengan rata-rata produksi 2.500 kg/hektar/tahun. Untuk jenis teh hijau yang diproduksi perkebunan rakyat memiliki kapasitas produksi sebesar 113.882 ton/tahun.
Sebagian produk teh hijau dilempar ke pasar domestik. Jenis teh ini banyak diminati konsumen berupa teh siap saji, teh melati serta dalam kemasan botol. Selain untuk konsumen di dalam negeri, teh hijau juga diekspor ke beberapa negara Afrika, Timur Tengah dan Asia .
Komoditas lain yang dijadikan unggulan oleh Provinsi Jawa Barat adalah karet, kopi, cengkeh, akar wangi, tebu, tembakau, kelapa dan coklat yang dikelola oleh tiga kelompok pengusaha. Perkebunan negara mengelola komoditas karet, kina, coklat, kelapa , kelapa hibrida, kelapa sawit, tebu dan teh dengan luas wilayah cakupan perkebunan 76.420 hektar.
Perkebunan swasta kurang lebih sebanyak 160 perusahaan mengelola 11 jenis komoditas berupa, teh, karet, cengkeh, akar wangi, kina, cakoilat, kelapa, kelapa hibrida, kelapa sawit, nilam dan vaneli pada area seluas 51.574 hektar.
Sementara lahan perkebunan rakyat umumnya tidak dalam satu hamparan, tercecer pada lahan sempit dengan luas total sekitar 373.012 hektar. Perkebunan rakyat membudidayakan 27 jenis komoditas, dikelola oleh lebih dari 1 juta petani yang tersebar di seluruh Jawa Barat.
Kapasitas produksi untuk komoditas unggulan, diantaranya cengkeh mencapai 5.413 ton/tahun dengan luas lahan 31.476 hektar. Kemudian coklat kapasitas produksinya 3.705 ton/tahun (luas lahan 12.512 ha), produksi karet darei total wilayah perkebunan seluas 53.243 hektar dengan kapasitas produksi sebanyak 37.767 ton/tahun .Perkebunan karet di Jabar tersebar di wilayah Subang, Purwakarta, Garut, Kab.Bandung, Ciamis dan Tasikmalaya. Hasil produksi pengolhan karet diantaranya berupa Lateks, RSS (Ribbed Smoke Shett), TPC dan SIR (Standar Indonesian Rubber). Perkebunan karet dikelola oleh perusahaan swasta ( 19.433 hektar), petani (9.271 hektar) dan perkebunan negara ( 24.530 hektar) . Kopi dengan kapasitas produksi 9.840 ton/hektar. Untuk tanaman kopi mayoritas pengelola perkebunannya adalah petani. Tebu yang tersebar di dataran rendah Jabar , antara lain di wilayah Majalengka, Cirebon., Kuningan, Subang dan Kuningan menghasilkan produksi sebesar 111.612 ton/tahun yang terhampar pada lahan seluas 23.420 hektar.
Akar wangi menghasilkan minyak atsiri benilai ekonomi tinggi. Dalam transaksi perdagangan minyak ini, biasa disebut minyak akar wangi. Keunggulan minyak akar wangi tidak mudah menguap, sehingga sangat baik untuk campuran parfum .
Indonesia menguasai sekitar 40% pangsa pasar akar wangi dunia. Komoditas ini dipasok dari wilayah Kab.Garut sebanyak 71 ton/hektar yang dibudidayakan pada lahan seluas 2.306 hektar. Minyak akar wangi 90% dipasok dari daerah Jawa Barat. (B-003) ***