Penyakit Demam Berdarah Dengue(DBD)

Penyakit Demam Berdarah Dengue(DBD)

1. Demam Berdarah Dengue
Penyakit DBD disebabkan oleh Virus Dengue dengan tipe DEN 1, DEN 2, DEN 3 dan DEN 4. Virus tersebut termasuk dalam group B Arthropod borne viruses (arboviruses). Keempat type virus tersebut telah ditemukan di berbagai daerah di Indonesia antara lain Jakarta dan Yogyakarta. Virus yang banyak berkembang di masyarakat adalah virus dengue dengan tipe satu dan tiga (www.litbang.depkes.go.id, 2010).
Penyakit DBD adalah penyakit menular berbahaya yang menyebabkan gangguan pada pembuluh darah kapiler dan sistem pembekuan darah (trombosit) sehingga berkurangnya zat pembeku darah dalam plasma yang mengakibatkan pendarahan dan dapat menimbulkan kematian. Virus lalu merusak limpa dan hati termasuk butir-butir darah merah dan darah putih yang mengalir ke organ tersebut (WHO, 1997).
Trend kasus penyakit DBD pada umumnya sering terjadi di daerah tropis, dan muncul pada musim penghujan dan menurun setelah musim penghujan berakhir. Virus ini muncul akibat pengaruh musim dan alam serta perilaku manusia (Departemen Kesehatan, 2004). Penyebaran penyakit DBD disebabkan karena faktor agent (virus Dengue), lingkungan (kondisi geografi (ketinggian dari permukaan laut, curah hujan, angin, kelembaban, musim), kondisi demografi (kepadatan, mobilitas, perilaku, adat istiadat, sosial ekonomi penduduk)), semakin baiknya sarana transportasi penduduk, terdapatnya vektor nyamuk hampir di seluruh pelosok tanah air, dan adanya empat serotipe virus yang bersirkulasi sepanjang tahun (WHO, 2002).

2. Penyebab Demem Berdarah Dengue
Menurut Siregar (2004), penyebab penyakit adalah virus Dengue. Virus ini termasuk kelompok Arthropoda Borne Viruses (Arbovirosis).
Sampai saat ini dikenal ada 4 serotipe virus yaitu :
a. Dengue 1 diisolasi oleh Sabin pada tahun 1944
b. Dengue 2 diisolasi oleh Sabin pada tahun 1944
c. Dengue 3 diisolasi oleh Sather
d. Dengue 4 diisolasi oleh Sather
Keempat tipe virus tersebut telah ditemukan di berbagai daerah di Indonesia dan yang terbanyak adalah Dengue 2 dan Dengue 3. Penelitian di Indonesia menunjukkan Dengue 3 merupakan serotipe virus yang dominan menyebabkan kasus yang berat (WHO, 2000).
3. Cara Penularan Demam Berdarah Dengue
DBD merupakan salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Nyamuk yang paling berperan dalam penularan penyakit ini adalah nyamuk Aedes aegypti karena hidupnya di dalam dan di sekitar rumah, sedangkan Aedes albopictus hidupnya di kebun-kebun sehingga lebih jarang kontak dengan manusia (Sumunar, 2008).
Cara penularan penyakit DBD adalah melalui gigitan nyamuk Aedes yang terinfeksi dengan DBD kemudian ditularkan kepada orang sehat. Nyamuk betina menggigit atau menghisap darah orang yang mengalami infeksi Dengue, kemudian virus Dengue akan masuk ke dalam tubuh nyamuk. Virus Dengue memerlukan waktu sembilan hari untuk hidup dan berkembangbiak di dalam air liur nyamuk. Nyamuk yang terjangkit virus Dengue kemudian menggigit manusia dan memasukkan virus Dengue yang berada di dalam air liurnya ke dalam sistem aliran darah manusia. Setelah 3-15 hari atau yang disebut sebagai periode inkubasi, penderita akan mulai mendapat demam yang tinggi (Siregar, 2004).
Penularan juga dapat terjadi apabila nyamuk Aedes betina sedang menghisap darah orang yang terinfeksi virus Dengue, dan nyamuk itu segera akan menggigit orang lain pula. Hal ini menyebabkan virus yang terdapat di dalam probosis nyamuk tersebut akan masuk ke dalam peredaran darh orang kedua tanpa memerlukan masa inkubasi. Seekor nyamuk yang sudah terjangkit akan membawa virus itu di dalam badannya sampai berakhir kehidupannya (Siregar, 2004).

 

4. Gejala Demam Berdarah Dengue
Menurut WHO (1997), setelah mengalami inkubasi selama 3-15 hari sejak seseorang terserang virus Dengue, selanjutnya penderita akan menampakkan berbagai tanda dan gejala DBD sebagai berikut:
a. Demam
Penyakit DBD didahului oleh demam tinggi yang mendadak terus-menerus berlangsung 2-7 hari, kemudian turun secara cepat. Demam secara mendadak disertai gejala klinis yang tidak spesifik seperti: lemas, nyeri pada tulang, sendi, punggung dan kepala.
b. Manifestasi Pendarahan
Pendarahan terjadi pada semua organ umumnya timbul pada hari 2-3 setelah demam. Sebab pendarahan adalah trombosittopenia. Bentuk pendarahan dapat berupa :
1) Ptechiae
2) Purpura
3) Echymosis
4) Pendarahan konjungtiva
5) Pendarahan dari hidung (mimisan atau epistaxis)
6) Pendarahan gusi
7) Muntah darah (hematemesis)
8) Buang air besar berdarah (hematuri)
Gejala ini tidak semua harus muncul pada setiap penderita, untuk itu diperlukan tes torniquet dan bisaanya positif pada sebagian besar penderita DBD.
c. Pembesaran Hati (Hepatomegali)
Pembesaran hati dapat diraba pada penularan demam. Derajat pembesaran hati tidak sejajar dengan berupa penyakit pembesaran hati mungkin berkaitan dengan strain serotipe virus Dengue.
d. Renjatan (Syok)
Renjatan dapat terjadi pada saat demam tinggi yaitu antara hari 3-7 mulai sakit. Renjatan perdarahan atau kebocoran plasma ke darah vaskuler melalui kapiler yang rusak. Adapun tanda-tanda perdarahan:
1) Kulit teraba dingin pada ujung hidung, jari dan kaki.
2) Penderita menjadi gelisah.
3) Nadi cepat, lemah, kecil.
4) Tekanan nadi menurun (menjadi 20 MMHg atau kurang).
5) Tekanan darah menurun (tekanan sistolik menurun sampai 80 MMHg atau kurang). Renjatan yang terjadi pada saat demam, bisaanya mempunyai kemungkinan yang lebih buruk.
Patogenesis DBD tidak sepenuhnya dipahami, namun terdapat dua perubahan patofisiologis yang mencolok, yaitu meningkatnya permeabilitas kapiler yang mengakibatkan bocornya plasma, hipovolemia dan terjadinya syok. Terdapat kejadian unik yaitu terjadinya kebocoran plasma ke dalam rongga pleura dan rongga peritoneal. Kebocoran plasma terjadi secara singkat (24-48 jam). Hemostatis abnormal yang disebabkan oleh vaskulopati, trombositopeni dan koagulopati, mendahului terjadinya manifestasi perdarahan. Aktivasi sistem komplemen selalu dijumpai pada pasien DBD. Kadar C3 dan C5 rendah, sedangkan C3a serta C5a meningkat (WHO, 2000).
5. Manifestasi Klinis Penyakit Demam Berdarah Dengue
Manifestasi klinis infeksi virus Dengue pada manusia sangat bervariasi. Spektrum variasinya begitu luas, mulai dari asimtomatik, demam ringan yang tidak spesifik, Demam Dengue (DD), Demam Berdarah Dengue (DBD), hingga yang paling berat yaitu Dengue Shock Syndrome (DSS). Diagnosis DBD ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis, terdiri dari kriteria klinis dan laboratoris. Penggunaan kriteria ini dimaksudkan untuk mengurangi diagnosis ynag berlebihan (overdiagnosis) (WHO, 1998).
a. Kriteria Klinis
Demam tinggi mendadak, tanpa sebab jelas, berlangsung terus menerus selama 1-7 hari. Terdapat manifestasi perdarahan yang ditandai dengan:
1) Uji tourniquet positif
2) Petekia, ekimosis, purpura
3) Perdarahan mukosa, epitaksis, perdarahan gusi
4) Hematemesis dan melena
5) Hematuria
6) Pembesaran hati (hepatomegali)
7) Manifestasi syok/renjatan
b. Kriteria Laboratoris
1) Trombositopeni (trombosit < 100.000/ml) 2) Hemokonsentrasi (kenaikan Ht > 20%)
Menurut WHO (1998), DBD diklasifikasikan menjadi empat tingkatan keparahan, dimana derajat III dan IV dianggap DSS. Adanya trombositopenia dengan disertai hemokonsentrasi membedakan derajat I dan II DHF dan DF.
a. Derajat I
Demam disertai dengan gejala non-spesifik; satu-satunya manifestasi perdarahan adalah tes tourniquet positif dan mudah memar.
b. Derajat II
Pendarahan spontan selain manifestasi pasien pada derajat I, bisaanya pada bentuk pendarahan kulit atau pendarahan lain.
c. Derajat III
Gagal sirkulasi dimanifestasikan dengan nadi cepat dan lemah serta penyempitan nadi atau hipotensi, dengan kulit dingin dan lembab serta gelisah.
d. Derajat IV
Syok hebat dengan tekanan darah atau nadi tidak terdeteksi.

Daftar Pustaka

Departemen Kesehatan RI. 2004. Demam Berdarah Dengue, Depkes. Jakarta

Siregar, F.A. 2004. Epidemiologi dan Pemberantasan DBD di Indonesia. Fakultas Kesehatan Masyarakat UNSU. Sumatra Utara

WHO. 1997, Dengue Haemorrhagic Fever; Diagnosis Treatment, Prevention, Control. World Health Organization, Geneva

WHO. 1998. Demam Berdarah Dengue; Diagnosis, pengobatan, pencegahan, dan pengendalian. EGC, Jakarta

WHO. 2000. Pencegahan dan Penaggulangan Penyakit Demam Berdarah dan Bemam Berdarah Dengue. Terj, WHO Regional Publication SEARO No.29. WHO dan Depkes RI. Hal 53

WHO. 2002. Pencegahan dan Pengendalian Dengue dan Demam Berdarah Dengue. EGC, Jakarta

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *