Makalah Pengelolaan Air Minum

 makalah




BAB I
PENDAHULUAN
  1. A. Latar Belakang
Air memegang peranan penting bagi kehidupan manusia, hewan, tumbuhan dan jasad-jasad lain. Air yang kita perlukan adalah air yang memenuhi persyaratan kesehatan baik persyaratan fisik, kimia, bakteriologis dan radioaktif. Air yang tidak tercemar, didefinisikan sebagai air yang tidak mengandung bahan-bahan asing tertentu dalam jumlah melebihi batas yang ditetapkan sehingga air tersebut dapat dipergunakan secara normal. Air yang memenuhi syarat, diharapkan dampak negatif penularan penyakit melalui air bisa diturunkan.

Pemenuhan kebutuhan air minum sendiri sangat tergantung pada faktor cakupan layanan air minum dan kondisi sanitasi pada masyarakat, baik pedesaan atau perkotaan. Standar kebutuhan air di Indonesia untuk masyarakat pedesaan adalah 60 lt/org/hr, sedangkan untuk masyarakat perkotaan 150 lt/org/hr. Sanitasi juga sangat berperan dalam proses pengelolaan, pendistribusian dan konsumsi air minum pada masyarakat.
Target pemenuhan Air Minum Indonesia pada tahun 2015 adalah 70% dan sanitasi sebesar 63,5%, sesuai dengan komitmen para Pemimpin Dunia di Johannesburg pada Summit 2002. Komitmen yang menghasilkan “Millenium Development Goals”(MDGs) ini menyatakan bahwa pada tahun 2015 separuh penduduk dunia yang saat ini belum mendapatkan akses terhadap air minum (Save Drinking Water) harus telah mendapatkannya. Sedang pada tahun 2015 seluruh penduduk dunia harus telah mendapatkan akses terhadap air minum (Rohim,2006).
Untuk mewujudkan harapan dan cita-cita dalam Summit 2002 tersebut tentunya tidak lepas dari upaya untuk meningkatkan kualitas air minum itu sendiri baik secara fisik, kimia, bakterilogis dan radioaktif. Kualitas yang bagus dalam pemenuhan kebutuhan air dan sanitasi terhadap berbagai kebutuhan manusia, derajat kesehatan dan kesejahteraan yang optimal bias diwujudkan. Harus diakui salah satu kebutuhan pokok yang menyangkut aspek kesehatan dan kehidupan sehari-hari adalah kebutuhan air minum (Rohim,2006).
Kualitas air didefinisikan sebagai kadar parameter air yang dianalisis secara teliti sehingga menunjukkan mutu dan karakteristik air. Mutu dan karakteristik air ditentukan oleh jenis dan sifat-sifat bahan yang terkandung didalamnya. Bahan-bahan tersebut baik yang padat, cair maupun gas, terlarut maupun yang tak terlarut secara alamiah mungkin sudah terdapat dalam air dan diperoleh selama air mengalami siklus hidrologi. Dengan demikian mutu dan karakteristik air ditentukan oleh kondisi lingkungan dimana air berada. Aktivitas manusia dalam memanfaatkan sumber daya alam dan lingkungan sering juga menimbulkan bahan-bahan sisa atau bahan-bahan buangan yang mempunyai kecenderungan pada peningkatan jumlah dan kandungan bahan-bahan didalam air. Bahan-bahan ini apabila tidak ditangani secara baik dapat menimbulkan permasalahan pencemaran, lebih-lebih apabila lingkungan tidak mempunyai daya dukung yang cukup untuk menetralisir atau mengurangi bahan pencemar.
Standar baku kualitas air di Indonesia ditetapkan oleh sebuah Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416/MENKES/PER/IX1990 tertanggal 30 September 1990 yang berisi tentang syarat-syarat disesuaikan dengan standar yang ditetapkan WHO (Awaluddin, 2007).
BAB II
PEMBAHASAN
Peraturan Menteri Kesehatan R.I No : 416/MENKES/PER/IX/1990
Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air
  1. A. Daftar Persyaratan Kualitas Air Minum dan Air Bersih
  2. 1. Fisik

a) Suhu atau temperatur
Standar : 3o Celcius
Temperatur air mempengaruhi penerimaan masyarakat akan air dan dapat pula mempengaruhi reaksi kimia dalam pengolahannya terutama apabila temperatur sangat tinggi. Temperatur yang diinginkan adalah ± 30C suhu udara disekitarnya yang dapat memberikan rasa segar, tetapi iklim setempat atau jenis dari sumber-sumber air akan mempengaruhi temperatur air. Disamping itu, temperatur pada air mempengaruhi secara langsung toksisitas banyaknya bahan kimia pencemar, pertumbuhan mikroorganisme dan virus. Oleh karena itu, suhu menjadi salah satu standar kualitas air dengan tujuan untuk menjaga penerimaan masyarakat terhadap air minum yang dibutuhkannya, menjaga derajat toksisitas dan kelarutan bahan-bahan pencemar yang mungkin terdapat dalam air, serendah mungkin dan menjaga adanya temperatur air yang sedapat mungkin tidak menguntungkan bagi pertumbuhan mikroorganisme dan virus dalam air (Wulan, 2005).
Penyimpangan terhadap standar suhu ini, apabila suhu air minum lebih tinggi dari suhu udara, jelas akan mengakibatkan tidak tercapainya maksud-maksud tersebut diatas, yaitu akan menurunnya penerimaan masyarakat, meningkatkan toksisitas kelarutan bahan-bahan pencemar dan dapat manimbulkan suhu yang sesuai bagi kehidupan mikroorganisme dan virus tertentu dalam air. Temperatur atau suhu air diukur dengan menggunakan termometer air (Awaluddin, 2007).
Kenaikan suhu perairan akan mengakibatkan kenaikan aktivitas biologi sehingga akan membentuk O2 lebih banyak lagi. Kenaikan suhu perairan secara alamiah biasanya disebabkan oleh aktivitas penebangan vegetasi di sekitar sumber air tersebut, sehingga menyebabkan banyaknya cahaya matahari yang masuk tersebut mempengaruhi akuifer yang ada secara langsung atau tidak langsung (Wulan, 2005).
Air yang secara mencolok mempunyai temperatur di atas atau di bawah temperatur udara berarti mengandung zat-zat tertentu (misalnya fenol yang terlarut di dalam air cukup banyak) atau sedang terjadi proses tertentu (proses dekomposisi bahan organik oleh mikroorganisme yang menghasilkan energi) yang mengeluarkan atau menyerap energi dalam air (Hartanto, 2007).

b) Rasa dan Bau
Standar : Tidak berasa dan tidak berbau
Bau dan rasa dapat dirasakan langsung oleh indera penciuman dan pengecap. Biasanya, bau dan rasa saling berhubungan.. Bau dan rasa biasanya terjadi secara bersamaan dan biasanya disebabkan oleh adanya bahan-bahan organik yang membusuk serta persenyawaan-persenyawaan kimia seperti fenol. Intensitas bau dan rasa dapat meningkat bila terhadap air dilakukan klorinasi.
Bau air memberikan gambaran tentang kondisi air tersebut. Air yang berbau busuk, kemungkinan disebabkan karena campuran dari nitrogen, sulfur dan pospor. Bau tersebut tercium disebabkan karena terbentuk asam sulfur (H2S) dan amoniak (NH4). Bau dapat ditimbulkan oleh pembusukan zat organik seperti bakteri oleh mikroorganisme air serta kemungkinan akibat tidak langsung dari pencemaran lingkungan, terutama sistem sanitasi (Matahelumual, 2008). Air yang berbau busuk memiliki rasa kurang (tidak) enak. Dilihat dari segi estetika, air berbau busuk tidak layak dikonsumsi.
Rasa dapat ditimbulkan karena adanya zat organik atau bakteri / unsur lain yang masuk ke badan air. Secara fisika, air bisa dirasakan oleh lidah. Air yang terasa asam, manis, pahit, atau asin menunjukkan bahwa kualitas air tersebut tidak baik. Rasa asin disebabkan adanya garam-garam tertentu yang larut dalam air, sedangkan rasa asam diakibatkan adanya asam organik maupun asam anorganik (Hartanto, 2007).
c) Warna

Standar : tidak berwarna; 15 TCU
Air yang berwarna akan mengurangi segi estetika dan tidak diterima oleh masyarakat. Air yang berwarna berarti mengandung bahan-bahan lain yang berbahaya bagi kesehatan. Warna pada air dapat disebabkan oleh kontak antara air dengan zat organik yang sudah lapuk sehingga menghasilkan senyawa yang larut, unsur Fe dan Mn dengan kadar yang tinggi, senyawa-senyawa lainnya seperti zat warna yang digunakan dalam pencelupan, atau adanya tannin, lignin dan humus serta adanya bahan kimia atau mikroorganik (plankton) yang terlarut di dalam air. Warna yang disebabkan bahan-bahan kimia disebut apparent color yang berbahaya bagi tubuh manusia. Warna yang disebabkan oleh mikroorganisme disebut true color yang tidak berbahaya bagi kesehatan (Awaluddin, 2007).
Warna air adalah ciri yang dipakai untuk mengkaji kondisi umum dari air limbah. Warna pada air menunjukkan kekuatannya, semakin pekat warna air berarti semakin jelek pula kondisi airnya. Warna ini dipengaruhi oleh pembusukan limbah organik maupun anorganik. Air yang mengandung bahan-bahan pewarna alamiah yang berasal dari rawa dan hutan, dianggap tidak mempunyai sifat-sifat yang membahayakan atau toksis. Meskipun demikian, adanya bahan-bahan tersebut memberikan warna kuning-kecoklatan pada air, yang menjadikan air tersebut tidak disukai oleh sebagian konsumen air (Matahelumual, 2008).
d) Kekeruhan
Standar : 5 NTU (Nepelometric Turbidity Unit).

Kekeruhan (turbiditas) adalah ukuran yang menggunakan efek cahaya sebagai dasar untuk mengukur keadaan air. Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan–bahan yang terdapat dalam air (Matahelumual, 2008). Kekeruhan terjadi disebabkan oleh adanya zat-zat koloid, yaitu zat yang terapung serta terurai secara halus sekali. Hal itu disebabkan oleh kehadiran zat organik, jasad renik, lumpur, tanah liat dan benda terapung yang tidak mengendap dengan segera. Semakin banyak kandungan koloid maka air semakin keruh. Sedang dari segi estetika kekeruhan air dihubungkan dengan kemungkinan hadirnya pencemaran melalui buangan dan warna air tergantung pada warna buangan yang memasuki badan air, menyulitkan dalam usaha penyaringan dan akan mengurangi efektivitas usaha desinfeksi. Tingkat kekeruhan air dapat diketahui melalui pemeriksaan laboratorium dengan metode Turbidimeter (Wulan, 2005).
e) TDS atau Jumlah Zat Padat Terlarut (total dissolved solids)
Standar : 1000 mg/l
TDS biasanya terdiri atas zat organik, garam anorganik dan gas terlarut. Bila TDS bertambah maka kesadahan akan naik. Efek TDS ataupun kesadahan terhadap kesehatan tergantung pada spesies kimia penyebab masalah tersebut (Hartanto, 2007). Air yang baik dan layak untuk diminum tidak mengandung padatan terapung dalam jumlah yang melebihi batas maksimal yang diperbolehkan yaitu 1000 mg/l. Padatan yang terlarut di dalam air berupa bahan-bahan kimia anorganik dan gas-gas yang terlarut. Air yang mengandung jumlah padatan melebihi batas menyebabkan rasa yang tidak enak, menyebabkan mual, rasa tidak enak pada lidah, penyebab serangan jantung (cardiacdisease) dan tixaemia pada wanita hamil (Awaluddin, 2007).
  1. 2. Radioaktivitas
a) Aktivitas Alpha (Gross Alpha Activity)
Standar : 0,1 Bq/l (Beguerel/liter)

Sinar ini merupakan sinar radioaktif yang tidak mempunyai daya tembus, efek yang terjadi lokal. Apabila terdapat sinar ini di lingkungan sekitar, maka dapat menimbulkan kontaminasi radioaktif pada lingkungan, yang dapat mengakibatkan rusaknya sel-sel tubuh manusia yang terkenanya.
Radiasi Alpha biasanya ada di mana-mana: dalam tanah, di udara, dan juga di air. Karena batuan dasar bumi mengandung jumlah bervariasi dari unsur radioaktif, jumlah radiasi alpha di dalam air juga bervariasi. Sebagai peluruhan unsur radioaktif, radiasi alpha terus dilepaskan ke air tanah. Air tanah merupakan sumber air minum umum. Radiasi alfa dalam air minum dapat berupa mineral terlarut atau dalam kasus radon, sebagai gas.
b) Aktivitas Beta (Gross Beta Activity)
Standar : 1,0 Bq/l
Sinar beta dapat menembus kulit, dalamnya tergantung pada aktifitasnya.  Kerusakan yang terjadi dapat lebih luas dan lebih mendalam daripada sinar alpha. Besar sinar ini paling tinggi di dalam air adalah sebesar 1,0 mg/L. Apabila melebihi kadar tersebut efeknya tidak berbeda dengan sinar alfa yaitu menimbulkan kerusakan pada sel-sel tubuh. Jika tubuh banyak menerima sinar  beta maka akan menyebabkan luka bakar yang parah. Sinar beta juga menimbulkan kerusakan pada jaringan atau organ tubuh jika unsur yang memancarkan sinar beta berada dalam tubuh dalam waktu yang cukup lama.

  1. 3. Mikrobiologik
a) Koliform Tinja
Standar : Setiap 100 ml sampel air, koliform tinja harus nol
b) Total koliform
Standar

i.            Air Minum      : Setiap 100 ml sampel air, total koliform harus nol
Toleransi          : 95% dari sampel yang diperiksa selama setahun, kadang-kadang boleh ada 3 per 100 ml sampel, tetapi tidak berturut-turut.
ii.            Air Bersih        : Setiap 100 ml sampel air, total koliform harus nol
Bukan air pipaan

c) Koliform Tinja Belum Diperiksa
Standar :      Setiap 100 ml sampel air, total koliform harus nol
Bukan air pipaan
Sumber-sumber air di alam pada umumnya mengandung bakteri, baik air angkasa, air permukaan, maupun air tanah. Jumlah dan jenis bakteri berbeda sesuai dengan tempat dan kondisi yang mempengaruhinya. Penyakit yang ditransmisikan melalui faecal material dapat disebabkan oleh virus, bakteri, protozoa dan metazoa. Oleh karena itu air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari harus bebas dari bakteri patogen. Bakteri golongan Coli (Coliform bakteri) tidak merupakan bakteri patogen, tetapi bakteri ini merupakan indikator dari pencemaran air oleh bakteri pathogen.
Air yang mengandung golongan Coli dianggap telah terkontaminasi (berhubungan) dengan kotoran manusia. Dengan demikian dalam pemeriksaan bakteriologik, tidak langsung diperiksa apakah air itu mengandung bakteri pathogen, tetapi diperiksa dengan indikator bakteri golongan Coli. Bakteri golongan Coli ini berasal dari usus besar dan tanah. Bakteri pathogen yang mungkin ada dalam air antara lain adalah : Bakteri typoid, Vibrio colerae, Bakteri dysentriae, Bakteri anteritis (penyakit perut).

  1. B. Daftar Persyaratan Kualitas Air Kolam Renang
No. Parameter Standar Alasan
Min Maks
  1. A. Fisik
1. Bau Bebas dari bau yang mengganggu Bau air memberikan gambaran tentang kondisi air tersebut. Air yang berbau busuk, kemungkinan disebabkan karena campuran dari nitrogen, sulfur dan pospor. Bau tersebut tercium disebabkan karena terbentuk asam sulfur (H2S) dan amoniak (NH4). Bau dapat ditimbulkan oleh pembusukan zat organik seperti bakteri oleh mikroorganisme air serta kemungkinan akibat tidak langsung dari pencemaran lingkungan, terutama sistem sanitasi (Matahelumual, 2008). Air yang berbau busuk memiliki rasa kurang (tidak) enak. Dilihat dari segi estetika, air berbau busuk tidak layak digunakan.
2. Benda Terapung Bebas dari benda terapung
3. Kejernihan Piringan sesuai yang diletakkan pada dasar kolam yang terdalam dapat dilihat dengan jelas dari tepi kolam pada jarak lurus 7m
  1. B. Kimiawi
1. Aluminium 0,2 mg/l Air yang mengandung banyak aluminium menyebabkan rasa yang tidak enak apabila dikonsumsi (Wulan, 2005). Aluminium merupakan unsur yang tidak berbahaya. Perairan alami biasanya memiliki kandungan aluminium kurang dari 1,0 mg/liter. Perairan asam memiliki kadar aluminium yang lebih tinggi. Kadar aluminium untuk keperluan air minum sekitar 0,2 mg/liter. Kelebihan aluminium pada batas yang telah ditetapkan dapat menyebabkan gangguan kesehatan seperti gangguan suara,kejang-kejang pada otot serta dapat mengubah rasa dan bau pada air minum. Sehingga hal tersebut dapat menurunkan kualitas pada air minum.
2. Kesadahan 50 mg/l 500 mg/l Air sadah (air yang mempunyai kadar kesadahan yang tinggi) tidak berpengaruh langsung terhadap kesehatan, tetapi apabila kesadahan melebihi 500 mg/L CaCO3 akan memboroskan pemakaian sabun cuci karena sulit berbusa. Selain itu, kesadahan yang tinggi dapat menyebabkan pembentukan kerak pada ketel uap dan pipa air panas; sebaliknya, air lunak (air yang mempunyai kadar kesadahan yang rendah) umumnya bersifat korosif, karena mempunyai pH yang rendah dan apabila dipakai untuk mencuci pakaian akan terasa licin, sehingga memerlukan banyak air untuk membilasnya, hal ini terjadi karena sabun tersebut diuraikan menjadi asam lemak (Matahelumual, 2008).
3. Oksigen terabsorbsi 0,1

Dalam waktu 4 jam pada suhu udara

4. pH 6,5 8,5 Air dengan nilai pH < 6,50 berasa asam di lidah dan dapat menyebabkan korosifitas pada pipa-pipa (logam) air dan melepaskan logam-logam seperti tembaga (Cu), timbal (Pb), seng (Zn) dan kadmium (Cd) yang bersifat racun dan mengganggu kesehatan. Sedangkan bila nilai pH > 8,50 atau bersifat basa  dan terasa pahit pada lidah, dapat membentuk kerak pada pipa dan ketel, menurunkan aktifitas germisida klorin dan meningkatkan senyawa trihalometan yang berbahaya (Matahelumual, 2008).
5. Sisa Chlor 0,2 mg/l 0,5 mg/l Desinfektan ini banyak digunakan dalam pengolahan air bersih dan air limbah sebagai oksidator dan desinfektan. Sebagai oksidator digunakan untuk menghilangkan bau, rasa, dan warna pada pengolahan air bersih. Dan untuk mengoksidasi Fe (II) dan Mn (II) yang banyak terkandung dalam air tanah menjadi Fe (III) dan Mn (III).
Disinfeksi air dengan cara memasukkan zat kimia berupa klorin (chlorine). Manfaat klorin ini adalah sebagai zat kimia yang dapat membunuh virus, bakteri dan jamur. Meskipun setelah melalui proses,penyaringan air kelihatan bersih, namun harus dicurigai masih adanya bakteri di dalam air tersebut. Kadar Klorin yang dianjurkan sebagai desinfektan untuk kolam renang mempunyai batas hingga 2,0 PPM (parts per million).
6. Tembaga sebagai Cu 1,5 mg/l Tembaga pada kadar lebih besar dari 1 mg/l akan menyebabkan rasa tidak enak pada lidah dan dapat menimbulkan kerusakan pada hati.  Kadar tembaga yang tinggi juga dapat mengakibatkan korosi pada besi dan aluminium.
  1. C. Mikrobiologi
1. Koliform total Setiap 100 ml sampel air, harus nol Jumlah dan jenis bakteri berbeda sesuai dengan tempat dan kondisi yang mempengaruhinya. Penyakit yang ditransmisikan melalui faecal material dapat disebabkan oleh virus, bakteri, protozoa dan metazoa. Oleh karena itu air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari harus bebas dari bakteri patogen.
2. Jumlah kuman 200 koloni per 1 ml Penilaian mikrobiologis adalah tidak ada koliform per 100 ml  atau jumlah kuman ditoeransi antara 0-200 jumlah koloni per 1 ml. Apabila pH tidak memenuhi syarat dapat mengakibatkan iritasi pada mata serta proses koagulasi akan terganggu atau dapat berpengaruh pada daya pembersih air. Bila terdapat penyimpangan dari kriteria tersebut berarti terdapat kondisi tertentu yang dapat berpotensi mengganggu kesehatan Misalnya, bila air berbau menunjukkan adanya H2S dalam air berarti sedang terjadi proses pembusukan air tercemari oleh sumber kotoran.
  1. C. Daftar Persyaratan Kualitas Air Pemandian Umum

No. Parameter Standar Alasan
Min Maks
  1. D. Fisik
1. Bau Bebas dari bau yang mengganggu Bau air memberikan gambaran tentang kondisi air tersebut. Air yang berbau busuk, kemungkinan disebabkan karena campuran dari nitrogen, sulfur dan pospor. Bau tersebut tercium disebabkan karena terbentuk asam sulfur (H2S) dan amoniak (NH4). Bau dapat ditimbulkan oleh pembusukan zat organik seperti bakteri oleh mikroorganisme air serta kemungkinan akibat tidak langsung dari pencemaran lingkungan, terutama sistem sanitasi (Matahelumual, 2008). Air yang berbau busuk memiliki rasa kurang (tidak) enak. Dilihat dari segi estetika, air berbau busuk tidak layak digunakan.
2. Kejernihan Piringan sesuai yang diletakkan pada dasar kolam yang terdalam dapat dilihat dengan jelas dari tepi kolam pada jarak lurus 7m
3. Minyak Tidak berbau minyak dan tidak nampak lapisan minyak
  1. E. Kimiawi
1. Detergen 1,0 mg/l
2. Kebutuhan Oksigen biokimia (BOD) 5,0 mg/l Biological Oxygen Demand (BOD) atau Kebutuhan Oksigen Biologis (KOB)
adalah suatu analisa empiris yang mencoba mendekati secara global proses-proses
mikrobiologis yang benar-benar terjadi didalam air. Angka BOD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri untuk menguraikan (mengoksidasikan) hampir semua zat organis yang tersuspensi dalam air. Dengan kata lain BOD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri dalam menyeimbangkan zat-zat organik dalam yang dapat

dibusukkan dibawah keadaan aerobik atau banyaknya  oksigen yang dibutuhkan oleh
mikroorganisme pada waktu dekomposisi bahan organik yang ada di perairan.
Pemeriksaan BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran dan untuk
mendesain sistem-sistem pengolahan biologis bagi air yang tercemar tersebut.
Penguraian zat organis adalah peristiwa alamiah. Kalau suatu bahan air dicemari oleh
zat organis, bakteri dapat menghabiskan oksigen terlarut dalam air selama proses
oksidasi tersebut yang biasa mengakibatkan kematian ikan-ikan dalam air dan dapat
menimbulkan bau busuk pada air tersebut. Penentuan BOD meliputi pengukuran

oksigen terlarut yang digunakan oleh  mikroorganisme dalam proses oksidasi biokimia dan bahan organik.

3. Oksigen terlarut 0,1 mg/l
Dalam waktu 4 jam pada suhu udara
DO (Dissolved Oxygen) menunjukkan oksigen yang terkandung dalam air

sebagai derajat pengotoran limbah yang ada. Semakin besar oksigen yang terlarut
menunjukkan derajat pengotoran yang lebih kecil.

4. pH 6,5 8,5 Air dengan nilai pH < 6,50 berasa asam di lidah dan dapat menyebabkan korosifitas pada pipa-pipa (logam) air dan melepaskan logam-logam seperti tembaga (Cu), timbal (Pb), seng (Zn) dan kadmium (Cd) yang bersifat racun dan mengganggu kesehatan. Sedangkan bila nilai pH > 8,50 atau bersifat basa  dan terasa pahit pada lidah, dapat membentuk kerak pada pipa dan ketel, menurunkan aktifitas germisida klorin dan meningkatkan senyawa trihalometan yang berbahaya (Matahelumual, 2008).
  1. F. Mikrobiologi
1. Koliform total Setiap 100 ml sampel air, harus nol Jumlah dan jenis bakteri berbeda sesuai dengan tempat dan kondisi yang mempengaruhinya. Penyakit yang ditransmisikan melalui faecal material dapat disebabkan oleh virus, bakteri, protozoa dan metazoa. Oleh karena itu air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari harus bebas dari bakteri patogen.
  1. G. Radioaktivitas
1. Aktivitas Alpha 0,1 bq/l Sinar ini merupakan sinar radioaktif yang tidak mempunyai daya tembus, efek yang terjadi lokal. Apabila terdapat sinar ini di lingkungan sekitar, maka dapat menimbulkan kontaminasi radioaktif pada lingkungan, yang dapat mengakibatkan rusaknya sel-sel tubuh manusia yang terkenanya.
2. Aktivitas beta 1,0 bq/l Sinar beta dapat menembus kulit, dalamnya tergantung pada aktifitasnya.  Kerusakan yang terjadi dapat lebih luas dan lebih mendalam daripada sinar alpha. Besar sinar ini paling tinggi di dalam air adalah sebesar 1,0 mg/L. Apabila melebihi kadar tersebut efeknya tidak berbeda dengan sinar alfa yaitu menimbulkan kerusakan pada sel-sel tubuh. Jika tubuh banyak menerima sinar  beta maka akan menyebabkan luka bakar yang parah. Sinar beta juga menimbulkan kerusakan pada jaringan atau organ tubuh jika unsur yang memancarkan sinar beta berada dalam tubuh dalam waktu yang cukup lama.
No. Parameter Standar Alasan
  1. A. Kimia Anorganik
1. Air Raksa 0,001 mg/l Raksa (Hg) meracuni sel-sel tubuh, merusak ginjal, hati dan syaraf, serta menyebabkan keterbelakangan mental dan cerebral palsy pada bayi (Matahelumual, 2008). Penyakit karena kercunan merkuri (Hg) dinamakan penyakit Itai-itai yang berarti sakit-sakit, atau sering disebut juga dengan penyakit Minamata (Minamata disease).
2. Aluminium Air minum
0,2 mg/l
Air yang mengandung banyak aluminium menyebabkan rasa yang tidak enak apabila dikonsumsi (Wulan, 2005). Aluminium merupakan unsur yang tidak berbahaya. Perairan alami biasanya memiliki kandungan aluminium kurang dari 1,0 mg/liter. Perairan asam memiliki kadar aluminium yang lebih tinggi. Kadar aluminium untuk keperluan air minum sekitar 0,2 mg/liter. Kelebihan aluminium pada batas yang telah ditetapkan dapat menyebabkan gangguan kesehatan seperti gangguan suara,kejang-kejang pada otot serta dapat mengubah rasa dan bau pada air minum. Sehingga hal tersebut dapat menurunkan kualitas pada air minum.
3. Arsen 0,05 mg/l Iritasi usus, kerusakan syaraf dan sel. Keracunan akut mengakibatkan gejala diare disertai darah, disusul dengan koma bila dibiarkan menyebabkan kematian. Secara kronis menimbulkan anorexia, kolk, nual, diare atau konstipasi, pendarahan pada ginjal, kanker kulit (UNSU,2011),
4. Barium Air minum
1,0 mg/l
Menghentikan otot-otot jantung dalam satu jam, menyebabkan kelumpuhan urat syaraf (UNSU,2011)
5. Besi 0,3 mg/l Menimbulkan warna kuning, menimbulkan rasa, merusak dinding usus (UNSU,2011). Dalam jumlah kecil diperlukan untuk pertumbuhan sel-sel darah merah, tetapi jika konsentrasinya melebihi 1,0 mg/L dapat menyebabkan warna air kuning kemerah-merahan, rasa tidak enak pada minuman (pahit dan kesat), membentuk endapan pada pipa-pipa logam dan warna kuning pada cucian (pakaian) (Matahelumual, 2008).
6. Flourida 1,5 mg/l Keracunan kronis menyebabkan orang menjadi kurus, pertumbuhan tubuh terganggu, terjadi fluorosis gigi serta kerangka, gangguan pencernaan disertai dehidrasi.Keracunan berat menyebabkan cacat tulang, kelumpuhan dan kematian. menyebabkan penurunan kadar hemoglobin dalam darah, deformities atau kelainan tulang kaki, sakit kepala, bercak-bercak pada kulit dan penyakit syaraf (UNSU,2011)
7. Kadmium 0,005 mg/l Keracunan akut akan menyebabkan gejala gastrointestial, dan penyakit ginjal. ditemukan pelunakan dan fraktur (patah) tulang punggung. Di Jepang sakit pinggang ini dikenal sebagai penyakit “Itai-Itai Byo”gejalanya adalah sakit pinggang, patah tulang, tekanan darah tinggi, kerusakan ginjal, gejala seperti influenza, dan sterilitas pada laki-laki (UNSU,2011)
8. Kesadahan 500 mg/l Kesadahan adalah sifat kimia air yang disebabkan oleh ion kalsium (Ca2+) dan magnesium (Mg2+). Kesadahan air di tiap tempat mungkin berbeda, tergantung dari kondisi geologinya, yaitu kontak antara air dengan batuan sekitarnya. Pada umumnya air permukaan lebih lunak daripada air tanah.
Penyebab kesadahan dalam air tanah ialah ion-ion Ca2+, Mg2+,Mn2+,Sr2+,Fe2+, yang akan berikatan dengan anion-anion Cl-, SO4 2-, HCO3 -, NO3 -,SiO3 2-.
Air sadah (air yang mempunyai kadar kesadahan yang tinggi) tidak berpengaruh langsung terhadap kesehatan, tetapi apabila kesadahan melebihi 500 mg/L CaCO3 akan memboroskan pemakaian sabun cuci karena sulit berbusa. Selain itu, kesadahan yang tinggi dapat menyebabkan pembentukan kerak pada ketel uap dan pipa air panas; sebaliknya, air lunak (air yang mempunyai kadar kesadahan yang rendah) umumnya bersifat korosif, karena mempunyai pH yang rendah dan apabila dipakai untuk mencuci pakaian akan terasa licin, sehingga memerlukan banyak air untuk membilasnya, hal ini terjadi karena sabun tersebut diuraikan menjadi asam lemak (Matahelumual, 2008).
9. Klorida Air minum
250 mg/l
Air bersih
600 mg/l
Menimbulkan rasa asin (UNSU,2011).  Kandungan kadar klorida pada perairan alami berkisar 2 – 20 mg/L; sedangkan air yang berasal dari daerah pertambangan mengandung klorida sekitar 1.700 mg/L., padahal dalam kondisi kadar klorida hanya 250 mg/L sudah dapat mengakibatkan air menjadi asin. Kadar klorida yang tinggi, misalnya pada air laut sebesar 19.300 mg/L, yang diikiuti oleh kadar kalsium dan magnesium yang tinggi pula dapat meningkatkan sifat korosifitas air. Perairan yang demikian mudah mengakibatkan terjadinya pengkaratan peralatan yang terbuat dari logam. Klorida tidak bersifat toksik bagi makhluk hidup, bahkan berperan dalam pengaturan tekanan osmotik sel (Matahelumual, 2008).
10. Kromium, valensi 6 0,05 mg/l Karsinogenik pada pernafasan, menimbulkan ulcus yang dalam pada kulit dan selaput lendir. Menimbulkan kerusakan pada tulang hidung dan pada paru-paru menyebabkan kanker (UNSU,2011)
11. Mangan Air Bersih 0,5 mg/l
Air minum 0,1 mg/l
Kelebihan logam ini dalam tubuh dapat menimbulkan efek-efek kesehatan seperti serangan jantung, gangguan pembuluh darah bahkan kanker hati. Nilai estetika juga dapat dirusak oleh keberadaan logam-logam ini karena dapat menimbulkan bercak-bercak hitam pada pakaian. Air yang tercemar oleh logam-logam ini biasanya nampak pada intensitas warna yang tinggi pada air, berwarna kuning bahkan berwarna merah kecoklatan dan terasa pahit atau masam.
12. Natrium Air minum
200 mg/l
Ion natrium dalam jumlah besar bila berikatan dengan ion sulfat (SO4) akan membentuk garam natrium sulfat, sedangkan ion sulfat berikatan dengan magnesium dalam air akan membentuk garam magnesium sulfat. Keduanya akan menyebabkan rasa mual (Matahelumual, 2008).
13. Nitrit, sebagai N 1,0 mg/l Nitrit dalam jumlah tertentu dapat membahayakan kesehatan karena dapat bereaksi dengan haemoglobin dalam darah, hingga darah tidak dapat mengangkut oksigen lagi.  Selain itu, NO2- juga dapat menimbulkan nitrosamin yang dapat menyebabkan kanker (Matahelumual, 2008).
14. Nitrat, sebagai N 10 mg/l Zat kimia ini dapat meracuni tubuh, dalam jumlah dan konsentrasi yang tinggi dapat menimbulkan methaemoglobinamein yaitu perubahan Hb darah sehingga terjadi pengurangan oksigen dalam darah dan menimbulkan gangguan pernafasan bahkan gagal
jantung. Selain itu, zat ini juga bersifat mutagen dan karsinogen dalam tubuh karena bersifat sebagai penghambat enzim
15. Perak Air minum
0,05 mg/l
Menimbulkan pigmentasi kelabu disebut argyria
16. Selenium 0,01 mg/l Dosis besar menyebabkan gejala gastrointestinal seperti muntah dan diare. Bila pemaparan berlanjut, akan menjadi gejala gangguan susunan urat saraf seperti reflek-reflek, iritasi cerebral, konpulsi dan menyebabkan kematian
17. Seng Air Bersih 15 mg/l

Air minum 5 mg/l

Kelebihan kadar Zn (seng) > 5 mg/l dalam air minum menyebabkan rasa pahit dan rasa mual (Matahelumual, 2008)
18. Sulfat 400 mg/l Sulfat tersebar di alam dan mungkin terdapat dalam air dalam konsentrasi rendah atau mungkin juga dalam konsentrasi tinggi, misalnya pada air yang telah tercemar oleh buangan industri tambang. Sulfat berasal dari oksidasi pirit dan dapat menimbulkan efek yang kurang baik pada air, diantaranya berbau busuk dan bersifat racun. Kondisi tersebut terjadi karena SO4 2- tereduksi menjadi H2S pada kondisi aerob. Konsentrasi sulfat yang tinggi mengakibatkan pencemaran, kerusakan pada pipa dan dapat menurunkan nilai oksigen terlarut (Matahelumual, 2008).
19. Sulfida,sebagai H2S Air minum
0,05 mg/l
H2S merupakan gas yang sangat beracun dan berbau busuk, selain itu dapat memperbesar keasaman air sehingga dapat menyebabkan korosi pada pipa-pipa logam, karena sifat dan pengaruh zat ini, maka dalam standar air minum ditetapkan air minum tidak boleh mengandung H2S.
20. Tembaga Air minum
1,0 mg/l
Tembaga pada kadar lebih besar dari 1 mg/l akan menyebabkan rasa tidak enak pada lidah dan dapat menimbulkan kerusakan pada hati.  Kadar tembaga yang tinggi juga dapat mengakibatkan korosi pada besi dan aluminium.
21. Timbal 0,05 mg/l Timbal (Pb) dapat berakumulai dalam jaringan tubuh manusia dan meracuni jaringan syaraf, dan dapat menyebabkan kerusakan jaringan syaraf otak, anemia dan lumpuh (pada anak-anak) (Matahelumual, 2008).
22. pH Air bersih
0,05 mg/l
23. Sianida 0,1 mg/l Menyebabkan gangguan pada jaringan saraf, pencernaan, metabolism oksigen dan kanker
  1. B. Kimia Organik
1. Aldrin dan dieldrin 0,0007 mg/l Menimbulkan keracunan yang akut ataupun kronis. Aldrin juga merupakan suatu iritan, dapat menyebabkan konvulsi, depresi dan dapat

merusak hati dalam 1- 4 jam.

2. Benzene 0,01 mg/l Toxisitasnya dapat akut lokal, akut sistemik, maupun kronis. Benzene menyebabkan erythema, vesikel, dan udema. Pengaruhnya terhadap SSP (Susunan Saraf Pusat) bersifat narkotik dan anestetik. Pemaparan kronis menimbulkan hyplasia atau pun  hyperplasia sumsum tulang yang mengakibatkan anemia, leucopenia,
thrombocytopenia, dan sangat mungkin menyebabkan leukemia.
3. Benzo (a) pyrene 0,00001 mg/l
4. Chloroform (total isomer) Air minum
0,0003 mg/l

Air bersih
0,007 mg/l

Bioakumulasi dalam air,  Menyebakan kanker.  Chlordane mudah sekali diabsorbsi kulit, menimbulkan hyperexitasi, dan konvulsi.  Disebut pula sebagai penyebab kelainan darah, seperti thrombocytopenia (kekurangan thrombosit), agranulocytosis (tidak
terdapat granulocyt) dan anemia aplastik.
5. Chloroform 0,03 mg/l Bioakumulasi dalam air,  Potensial menyebabkan kanker.  Menimbulkan iritasi, dilatasi pupil, dan merusak hepar, jantung, dan ginjal. Keracunan chloroform dapat menimbulkan toxisitas akut dan sistemik, sedangkan
efek kronis belum diketahui dengan jelas.
6. 2,4-D 0,10 mg/l Kebutaan, Resiko kanker, mengakibatkan masalah reproduksi pria yaitu mematikan sperma.
7. DDT 0,03 mg/l Mudah menembus kulit, sulit diuraikan mikroorganisme, terakumulasi dalam sayuran yang akan dimasak. Penyebab kanker, masuk ke dalam jaring makanan (biomagnifikatif), keracunan akut pada manusia  (paraestesia, tremor, sakit kepala, keletihan dan muntah), Efek keracunan kronis (kerusakan sel-sel hati, ginjal, sistem saraf, system imunitas dan sistem reproduksi).
8. Detergen Air minum
0,05 mg/l
Air bersih
0,5 mg/l
Sulit diuraikan mikroorganisme, eutrofikasi (pesatnya pertumbuhan ganggang dan enceng gondok) sehingga dasar air tidak mampu ditembus oleh sinar matahari, kadar oksigen berkurang secara drastis, kehidupan biota air mengalami degradasi, dan unsur hara meningkat sangat pesat yang ahirnya ekosistem akan terganggu. Menimbulkan bau dan rasa tidak enak, berpotensi sebagai salah satu penyebab penyakit kanker (karsinogenik)
9. 1,2-Dicloroethene 0,01 mg/l Dampak langsung bagi kesehatan baik akut maupun kronis, bersifat karsinogen.
10. 1,1- Dicloroethene 0,0003 mg/l Dampak langsung bagi kesehatan baik akut maupun kronis, bersifat karsinogen
11. Heptachlor dan heptaclor epoxide 0,003 mg/l Menyebabkan gangguan pada sistem saraf
12. Hexachlorobenzene 0,00001 mg/l
  1. Bahan tersebut banyak digunakan sebagai bahan dari peptisida, yang kemudian tercampur oleh air bersih dan terminum oleh hewan ternak, lalu hewan tersebut termakan oleh manusia, sehingga dapat mencemari ASI ibu menyusui apabila ibu tersebut memakan daging dari hewan yang telah terkontaminasi oleh hexachlorobenzene.
  2. Digunakan standar demikian agar tidak mengkontaminasi air. Terutama orang2 yang menggunakan air dengan kandungan hexachlorobenzen tanpa dimasak terlebih dahulu.
  3. Mengingat bahwa berbagai penyakit dapat dibawa oleh air kepada manusia yang memanfaatkannya, maka tujuan utama penyediaan air bersih/air minum bagi masyarakat adalah untuk mencegah penyakit yang dibawah oleh air. Penyediaan air bersih selain kuantitas kualitasnya pun harus memenuhi standar yang berlaku. Air minum yang memenuhi baik kuantitas maupun kualitas sangat membantu menurunkan angka kesakitan penyakit perut terutama penyakit diare.
13. Gamma-HCL (lindane) 0,004 mg/l
  1. Lindane adalah sebuah organoklorin kimia varian hexachlorocyclohexane yang telah digunakan baik sebagai pertanian insektisida dan sebagai farmasi pengobatan untuk kutu dan kudis. Pada manusia, lindane mempengaruhi sistem saraf , hati dan ginjal , serta mungkin dapat menjadi karsinogen.
  2. Organisasi Kesehatan Dunia mengklasifikasikan lindane sebagai “Cukup Berbahaya,” dan dalam perdagangan internasional dibatasi dan diinformasikan  dalam Konvensi Rotterdam pada Sebelum. Pada tahun 2009 produksi dan penggunaan pertanian lindane dilarang di bawah Konvensi Stockholm tentang organik yang persisten polutan. Sebuah pengecualian khusus untuk melarang yang memungkinkan terus menggunakannya sebagai pengobatan kutu dan kudis.
14. Methoxychlor Air bersih 0,1 mg/l
Air minum 0.03 mg.l
  1. Methoxychlor digunakan untuk melindungi tanaman, tanaman hias, peternakan, dan hewan peliharaan terhadap kutu, nyamuk, kecoa, dan serangga lainnya. Penggunaan methoxychlor sebagai pestisida dilarang di Amerika Serikat pada tahun 2003 dan di Uni Eropa pada tahun 2002.
  2. Methoxychlor tidak dianggap karsinogenik atau teratogenik. EPA telah diberi label methoxychlor berada di Toksisitas Kelas IV yang berisi agen yang dianggap praktis tidak beracun dan tidak memerlukan kata sinyal. Karena itu tersedia sebagai General Gunakan Pestisida (gup). Untuk air minum , di Amerika Serikat Environmental Protection Agency (EPA) memberikan 40ppb sebagai Tingkat Pencemaran Maksimum (MCL).
15. Pentachlorophenol 0,01 mg/l
  1. Toksisitas baik akut maupun kronis menimbulkan local iritan dan sitemik. Pemaparan yang kronis menimbulkan kerusakan pada hepar (UNSU, 2011)
16. Pestisida total 0,10 mg/l
  1. Pestisida merupakan bidang perhatian untuk menjaga kualitas air karena penggunaan yang luas. Zat kimia ini digunakan di daerah perkotaan dan pengaturan pertanian.
  2. Dalam industri pertanian, pestisida adalah salah satu yang paling sering ditangani dengan zat dengan potensi efek yang merugikan pada manusia. Kesehatan efek pestisida tergantung pada karakteristik kimianya.
  3. Kejadian yang paling signifikan serta pencemaran air tanah telah dengan pestisida karbamat. Aldicarb – salah satu pestisida karbamat paling umum dan salah satu yang telah terdeteksi di banyak sumur – yang digunakan pada kentang.
17. 2,4,6 trichlorophenol 0,01 mg/l
  1. 2,4,6-TRIKLOROFENOL, juga dikenal sebagai TCP, phenaclor, Dowicide 2S, Dowcide 2S, omal, adalah fenol klor yang telah digunakan sebagai fungisida, herbisida, insektisida, antiseptik, zat kimia penggundul hutan, dan pengawet lem.
  2. 2,4,6-TRIKLOROFENOL adalah pencemar lingkungan yang telah ditemukan di danau air tawar seperti Great Lakes.
  3. 2,4,6 tricholorofhenol ini adalah golongan pencemaran air yang cara pemanfaatannya tidak dikelola terlebih dahulu. 2,4,6-TRIKLOROFENOL adalah karsinogenik pada hewan, menyebabkan limfoma , leukemia , dan kanker hati melalui paparan lisan.
18. Zat organik (KmnO4) 10 mg/l
  1. Kalium permanganat merupakan senyawa kimia anorganik dengan rumus KMnO 4. It is a salt consisting of K + and MnO 4 ions. Ini adalah garam yang terdiri dari K + dan MnO 4 ion.
  2. Kalium permanganat adalah oksidator kuat dan harus ditangani dengan hati-hati saat menyiapkan. Tidak ada produk sampingan yang dihasilkan dari membuat solusi. Namun, hal zat ini berwarna gelap ungu / hitam kristalin padat dapat menyebabkan cedera mata serius dan inhalasi adalah iritasi kulit dan dapat fatal jika tertelan
  3. Kalium permanganat digunakan secara luas dalam industri pengolahan air. Historis itu digunakan untuk disinfeksi air minum.
  4. Kalium permanganat, atau KMnO4, merupakan bahan kimia anorganik yang umum digunakan untuk mengolah air minum untuk besi, mangan dan bau belerang. Hal ini dapat digunakan sebagai disinfektan yang juga, menjaga air minum bebas dari bakteri berbahaya.
DAFTAR PUSTAKA

Awaluddin. 2007. Teknologi Pengolahan Air Tanah sebagai Sumber Air Minum pada Skala Rumah Tangga. http://unlastnoel.files.wordpress.com/2009/04/awaluddin-in-teknologi-air-minum-pam-ftsp-uii1.pdf. Diakses tanggal 30 April 2011
Djunaidi,Muhammad. Kajian Pencemaran Air Sungai dan Analisis Risiko Terhadap Lingkungan Di Sekitarnya Akibat Penambangan Bijih Emas http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/22094555.pdf Diakses Tanggal  2 Mei 2011
Hartanto,Sulih. 2007. Studi Kasus Kualitas aan Kuantitas Kelayakan Air Sumur Artetis sebagai Air Bersih untuk Kebutuhan Sehari-hari di Daerah Kelurahan Sukorejo Kecamatan Gunungpati Semarang Tahun 2007. Skripsi. Universitas Negeri Semarang. http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASHaacf.dir/doc.pdf. Diakses tanggal 30 April 2011

Matahelumual,Bethy. 2008. Mengenal Air di Sekitar. Warta Geologi. http://www.bgl.esdm.go.id/dmdocuments/warta200803.pdf. Diakses tanggal 30 April 2011
PT.Wahana Rezki Indonesia. 2011. TONSCO Water Treatment, Chemical Cleanner for Industry, Marine and Building Maintenance. www.tonscochemicals.com/msds/TP-SP.pdf Diakses Tanggal 2 Mei 2011
Purwo Hidayat,Agus. 2006.Gambaran Histopatologi Gaster Mencit Balb/C Pada Pemberian Arsen Trioksida Dosis Bertingkat Peroral http://eprints.undip.ac.id/21479/1/Agus.pdf Diakses Tanggal 2Mei 2011
Rohim, Miftahur. 2006. Analisis Penerapan Metode Kaporitisasi Sederhana Terhadap Kualitas Bakteriologis Air PAM. Tesis. Universitas Diponegoro. http://eprints.undip.ac.id/15727/1/Miftahur_Rohim.pdf. Diakses tanggal 30 April 2011.

Sukar.2003 Sumber Terjadinya Arsen Di Lingkungan (Review). http://www.ekologi.litbang.depkes.go.id/data/vol%202/Sukar2_2.pdf Diakses Tanggal 1 Mei 2011
Tugaswati,A.Tri. 1996. Kandungan Logam Berat (Hg,Cd, dan Pb) Dalam Air Tanah Pada Perumahan Tipe Kecil di JABOTABEK. http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/244961824.pdf Diakses Tanggal 1 Mei 2011
Wulan,Anisa. 2005. Kualitas Air Bersih untuk Pemenuhan Kebutuhan Rumah tangga di Desa Pesarean kecamatan Adiwerna Kabupaten Tegal. Skripsi. Universitas Negeri Semarang. http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH011c/deae6e75.dir/doc.pdf. Diakses tanggal 30 April 2011




Bagikan ke teman: