Di Yogyakarta di sebuah dusun bernama Sendangsari Kecamatan Minggir yang termasuk wilayah Kabupaten Sleman dahulu sebelum ekosistem di daerah tersebut rusak, masih banyak ditemukan salah satu species Kalajengking. Kami tidak tahu termasuk species apa, mungkin kalau dari bentuknya kami menyebutnya Black Scorpio. Rusaknya habitat kalajengking ini karena lokasi yang berada pinggiran DAS sungai Progo, yang kini banyak terdapat aktivitas penambangan pasir vulkanik dari Gunung Merapi. Untunglah Merapi mengeluarkan banjir lahar dingin, sehingga penambangan pasir tidak perlu melebar ke jauh ke tegalan di pinggir-pinggir sungai yang kebetulan banyak terdapat habitat kalajengking.
Habitat kalajengking adalah ditempat yang lembab di bawah pepohonan besar atau rumpun bambu, dengan tanah yang agar berpasir lebih disukai dari pada jenis tanah liat, karena kalajengking di alam bebas biasanya tinggal di liang di antara akar-akar pepohonan. Kalajengking menjalankan aktifitasnya biasanya di pagi dan sore hari, pada siang hari waktu lebih banyak dihabiskan untuk bersembunyi di sarangnya.
Ukuran kalajengkin ini relative lebih besar daripada kalajengking yang ditemukan di rumah dibalik kayu,atau bebatuan. Jenisnyapun sepertinya berbeda karena selain dari ukuran dari segi warnapun berbeda kalajengking rumah berwarna krem. Kalajengking jenis Black Scorpio ini masih banyak kita jumpai di pedagang obat kakilima di pinggir-pinggir jalan di Jakarta.
Dahulu kami sering menangkap kalajengking dengan cara memancing dengan lidi yang ujungnya di beri simpul, kemudian lidi tersebut dimasukkan ke lubang/liang kalajengking. Dan seandainya ada kalajengking di dalamnya biasanya capit kalajengking akan segera menjepit lidi tersebut, sehingga apabila di tarik kena deh…tu kalajengking.
Kami biasa memainkan kalejengking dengan terlebih dahulu mengunting ekor tajamnya atau dapat juga dengan cara membakarnya ujung ekor yang mengandung bisa tersebut, sadis memang….tapi namanya juga anak-anak. Maklumlah jaman seperti itu permainan anak-anak masih banyak tergantung sama alam sekitar, belum banyak permainan buatan pabrik yang bisa masuk sampai ke kampong-kampung
Kalajengking adalah sebuah arthropoda dengan delapan kaki, termasuk dalam ordo Scorpiones dalam kelas Arachnida. Dalam kelas ini juga termasuk laba-laba, harvestmen, mites, dan tick. Ada sekitar 2000 spesies kalajengking.
Seluruh spesies kalajengking memiliki bisa. Pada umumnya, bisa kalajengking termasuk sebagai neurotoxin. Suatu pengecualian adalah Hemiscorpius lepturus yang memiliki bisa cytotoxic. Neurotoxin terdiri dari protein, natrium sodium dan kalium, yang berguna untuk mengganggu transmisi neuro sang korban. Kalajengking menggunakan bisanya untuk membunuh atau melumpuhkan mangsa mereka agar mudah dimakan.
Bisa kalajengking lebih berfungsi terhadap arthropod lainnya dan kebanyakan kalajengking tidak berbahaya bagi manusia; sengatan menghasilkan efek lokal (seperti rasa sakit, pembengkakan). Namun beberapa spesies kalajengking, terutama dalam keluarga Buthidae dapat berbahaya bagi manusia. Salah satu yang paling berbahaya adalah Leiurus Quinquestriatus, dan anggota dari genera Parabuthus, Tityus, Centruroides, dan terutama Androctonus. Kalajengking yang paling banyak menyebabkan kematian manusia adalah Androctonus Australis.
Kalajengking purba muncul pada pertengahan Masa Paleozoikum, kira-kira 400 juta tahun yang lalu. Berbeda dengan kalajengking pada umumnya, bentuk kalajengking purba lebih sederhana. Tubuhnya terdiri dari banyak ruas-ruas yang terlindung cangkang tipis. Perbedaan lainnya adalah ukuran tubuh beberapa jenis kalajenking purba yang mencapai 100 kali ukuran kalajenking masa sekarang, 2 hingga 3 meter. Selain itu, kalajengking purba juga hidup di air.