DAYA JELAJAH DAN NAVIGASI HARIMAU


Ada beberapa hal yang menjadi latar belakang harimau menjelajah ke beberapa wilayah hutan. Hal tersebut menjadikan dasar teori dalam mengkaji bagaimana penyebaran dan fariasi genetis harimau di beberapa wilayah. Khususnya kawasan hutan tropis beserta wilayah kepulauan yang terbagi-bagi menjadi beberapa karakter hutan yang berbeda-beda. Begitu juga perbedaaan dalam menggunakan indicator navigasi yang digunakan harimau untuk menentukan wilayah jelajahannya serta tempat yang akan dituju.
Sebenarnya belum ada kajian yang lebih mendalam mengenai perangkat apa yang digunakan harimau sebagai satwa malam untuk melakukan perjalanannya atau penjelajahannya. Baik itu dalam mencari satwa mangsa dengan wilayah yang lebih luas dengan kelimpahan yang stabil dengan kawasan lain. Hal ini tentunya ada kaitannya dengan persaingan antar individu lain, mengingat satwa harimau merupakan satwa soliter yang hidup tanpa berkelompok atau individu satu dengan yang lainnya tidak berasosiasi dengan baik.
Selain untuk mencari kelimpahan satwa mangsa untuk dapat bertahan hidup, harimua melakukan penjelajahan juga untuk memperluas wilayah yang menjadi tempat perkembangbiakannya. Dalam kurun beberapa tahun jumlah harimau yang menempati suatu kawasan akan semakin bertambah seiring dengan penambahan luasan kawasan yang mampu di jelajahinya. Begitu juga dengan satwa pesaing yang merupakan predator lain yang menempati suatu kawasan yang menjadi wilayah jelajah harimau. Dengan semakin tingginya kepadatan satwa harimau, daya dukung kawasan untuk menjadi habitat beberapa satwa mangsa yang menyediakan energy bagi harimau pun menjadi factor penentu.
Satwa harimau sengaja menandai wilayahnya selain sebagai peringatan, juga menjadi parameter untuk menentukan jalan kembali pada wilayah semula. Begitu juga dengan wilayah yang menjadi tempat perburuannya. Saat satwa mangsa mengalami penurunan jumalah populasinya, maka harimau akan memperluas wilayah jelajahannya dan akan kembali saat adanya peningkatan populasi satwa mangsanya di wilayah perburuannya semula.
Harimau menggunakan indra penciumannya untuk mengetahui lokasi satwa burunya, bau yang tercium dari satwa mangsa ini akan terbawa angin dan menjadi penanda bagi harimau pada suatau kawasan tertentu. Sehingga yang menjadi lokasi tujuan jelajah harimau tidak semata-mata hanya sebagai perluasan wilayah saja, namun dipertimbangkan pula mengenai ketersediaan sumber air, mangsa, penutupan vegetasi dan kondisi ancaman dari luar (pesaing, gangguan manusia)
Selain menggunakan kemampuan penciuman yang tajam untuk pemandu dalam melakukan penjelajahan dimalam hari, satwa harimau menggunakan beberapa metode lain salah satunya adalah arus panas dingin sebagai turunan dari perubahan musiman. Saat musim kemarau harimau akan lebih pintar memilih wilayah hutan dengan penutupan yang rapat dengan ketersedian air yang cukup. Demikian wilayah ini akan menjadi habitat penting bagi sejumlah satwa mamalia lain yang akan menjadi calon satwa mangsa bagi harimau dikemudian harinya.
Pada saat ini, pola tersebut mengalami gangguan seiring dengan variasi hutan yang semakin menyempit. Hal tersebut tidak dapat menjadi acuan bagi kawasan hutan yang terisolasi dengan hutan lain yang memiliki karakteristik yang berbeda. Sehingga dengan demikian tidak bisa menjadi dasar bagi kajian di sejumlah kawasan hutan yang terganggu, dengan masuknya bebeapa spesies tumbuhan yang cenderung heterogen dengan variasi jenis yang rendah akan menyulitkan satwa harimau dalam melakukan jelajahannya.
Dengan luasan kawasan hutan dataran rendah yang semakin menyempit, pada saat ini satwa harimua mengalami isolasi dan semakin terpinggirkan ke sejumlah kawasan hutan pegunungan yang sulit dijangkau. Begitu juga dengan kesesuaian lahan yang merupakan habitat yang kurang baik bagi satwa ini, sedangkan ketersediaan satwa mangsa sangat rendah mengingat semakin tinggi suatu kawasan maka variasi jenis vegetasinya pun semakin rendah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *