Kepiting Ladam yang dalam bahasa Indonesia disebut Belangkas ialah hewan beruas (artropoda) yang menghuni perairan dangkal wilayah paya-paya dan kawasan mangrove yang bentuk badannya menyerupai “ladam kuda” berekor. Cetakan fosil hewan ini tidak mengalami perubahan bentuk berarti sejak masa Devon (400-250 juta tahun yang lalu) dibandingkan dengan bentuknya yang sekarang, meskipun jenisnya tidak sama.
Mimi adalah nama dalam bahasa Jawa untuk yang berkelamin jantan dan Mintuna adalah untuk yang berkelamin betina. Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai horseshoe crab. Belangkas mudah ditangkap di tepi-tepi pantai.
Esktrak plasma darahnya (haemocyte lysate) banyak digunakan dalam kajian biomedis dan lingkungan. Di Amerika Serikat, Cina, dan Jepang ekstrak darah ini digunakan sebagai bahan pengujian endotoksin serta untuk mendiagnosis penyakit meningitis dan gonorhoe. Serum anti-toksin menggunakan belangkas telah berkembang di Eropa, Amerika Serikat, Jepang, dan Asia Barat.
Daging dan telur belangkas bisa dikonsumsi. Masyarakat Melayu di Kota Tinggi, Johor (Malaysia) menyediakan masakan asam pedas dan sambal tumis belangkas. Ia juga boleh disantap dengan hanya memanggang atau membakar saja. Namun di dalam belangkas terdapat sejenis racun yang bisa memabukkan. Hanya bagian tertentu saja boleh dimakan dan hanya seorang yang sudah terbiasa dan ahli saja yang mengetahui cara menyajikan makanan laut dari belangkas ini.
Seluruh tubuh belangkas dilindungi oleh cangkang yang keras. Mereka memiliki dua mata gabungan yang besar dan beberapa mata lagi yang lebih kecil dan sederhana di atas punggungnya. Bila dibalik, mereka terlihat sangat mirip dengan seekor laba-laba besar. Mereka memiliki lima pasang kaki untuk berjalan, berenang dan bergerak serta untuk memasukkan makanan ke dalam mulut.
Ekornya panjang, lurus dan kaku dapat digunakan untuk menjungkir sendiri jika mereka dalam keadaan terbalik, oleh karena itu, belangkas dengan ekor rusak lebih rentan terhadap kematian atau serangan pemangsa. Di belakang kaki mereka, ada buku-buku insang, yang berfungsi sebagai pertukaran gas dan pernapasan, kadang-kadang juga digunakan untuk berenang. Mereka dapat berenang terbalik, biasanya mereka ditemukan di dasar laut mencari cacing dan moluska, yang merupakan makanan utama mereka. Mereka juga dapat makan ikan kecil dan crustacea.
Tidak seperti Mamalia, Belangkas tidak memiliki hemoglobin dalam darah mereka, tetapi memiliki Hemosianin untuk membawa oksigen. Karena adanya kandungan tembaga dalam Hemosianin, darah mereka menjadi biru. Darah mereka mengandung amebocytes, yang memainkan peran yang mirip dengan sel darah putih untuk vertebrata yaitu sebagai sistem kekebalan tubuh. Amebocytes dari darahnya digunakan untuk membuat Limulus amebocyte lysate, yang digunakan untuk mendeteksi bakteri endotoxins.