Christmas Island di Asia Tenggara menjadi panggung untuk peristiwa alam yang menakjubkan: migrasi massal puluhan bahkan ratusan juta kepiting merah yang melintasi jalan hingga 8 km dalam waktu 5 hari. Jutaan kepiting merah turun setiap tahun yang didorong oleh tujuan yang jelas: yaitu untuk berkembang biak dan bertelur. Ketika musim hujan datang, dan ombak menjadi pasang, kepiting mulai bergerak, muncul dari liang mereka di hutan hujan, dan berjalan beramai-ramai menuju laut. Tidak ada yang menghalangi pergerakan mereka, baik itu toko, atau lapangan golf atau jalan-jalan yang sibuk. Bahkan tebing terjalpun dituruninya dengan mudah.
Pada awal musim hujan (biasanya Oktober dan November), kepiting merah dewasa memulai migrasi spektakuler dari hutan ke pantai untuk berkembang biak. Pembiakan biasanya serentak disepanjang pulau. langit mendung dan jalan yang basah oleh hujan membuat perjalanan mereka kelaut menjadi panjang dan menyulitkan.
Selama migrasi kepiting tersebut akan menutupi jalan-jalan, hingga untuk berjalan diantaranya sangat susah, mereka menutupi got, masuk rumah-rumah dan lain sebagainya. Penduduk setempat dibantu para relawan biasanya menggunakan sekop untuk membuka jalan, membuat jalur dengan cara memagari dan kemudian mengalihkan ke tempat lain. Namun, tidak sedikit yang mati, karena kepanasan, terinjak dan terlindas mobil. diperkirakan 10-15 juta kepiting mati dalam masa migrasi tersebut.
Kepiting merah Christmas Island , Gecarcoidea Natalis , adalah spesies kepiting darat yang endemik di Christmas Island dan Cocos Island di Samudra Hindia . Meskipun terbatas pada wilayah yang relatif kecil, diperkirakan sekitar 43,7 juta kepiting merah dewasa tinggal di Christmas Island saja. Kepiting merah makanannya sebagian besar berupa daun-daunan yang jatuh dan bunga , tapi kadang-kadang ia juga akan memakan hewan lain, termasuk kepiting merah lainnya (kanibalisme) jika ada kesempatan.
Rahasia kemampuan berjalan jauh
Berdasarkan penelitian dari University of Bristol, perubahan hormon memberi kekuatan bagi kepiting untuk melakukan perjalanan panjang. Ilmuwan menemukan bahwa Crustacean Hyperglycaemic Hormone (CHH) mampu membuat kepiting melakukan efisiensi tenaga di otot mereka, serta meminimalisir penggunaan glukosa sebagai sumber daya perjalanan.
Profesor Webster, ahli endokrinologi di Bangor University menambahkan, Migrasi mereka sangat membutuhkan energi karena kepiting harus berjalan beberapa kilometer selama lebih dari satu hari.
Sebelum migrasi, kepiting akan mengurangi kegiatan dan hanya keluar dari lubang mereka untuk mencari makan. Tim peneliti menemukan bahwa konsumsi glukosa pada kepiting memiliki banyak perbedaan tergantung pada musim.
Selama musim kemarau, dipaksa menghasilkan hormon tertentu, terlepas apakah telah mengkonsumsi glukosa atau tidak.
Tingkat glukosa secara jelas bergantung pada hormon saat itu, kata Webster. Ini masuk akal untuk memastikan energi bagi migrasi. Glukosa hanya dibebaskan dari penyimpan glikogen saat tingkat glukosa rendah.