A. Umum
Acacia mangium termasuk jenis Legum yang tumbuh cepat, tidak memerlukan persyaratan tumbuh yang tinggi dan tidak begitu terpengaruh oleh jenis tanahnya. Kayunya bernilai ekonomi karena merupakan bahan yang baik untuk finir serta perabot rumah yang menarik seperti: lemari, kusen pintu, dan jendela serta baik untuk bahan bakar. Tanaman A. mangium yang berumur tujuh dan delapan tahun menghasilkan kayu yang dapat dibuat untuk papan partikel yang baik.
Faktor yang lain yang mendorong pengembangan jenis ini adalah sifat pertumbuhan yang cepat. Pada lahan yang baik, umur 9 tahun telah mencapai tinggi 23 meter dengan rata-rata kenaikan diameter 2 – 3 meter dengan hasil produksi 415 m3/ha atau rata-rata 46 m3/ha/tahun. Pada areal yang ditumbuhi alang-alang umur 13 tahun mencapai tinggi 25 meter dengan diameter rata-rata 27 cm serta hasil
produksi rata-rata 20 m3/ha/tahun. Kayu A. mangium termasuk dalam kelas kuat III-IV, berat 0,56 – 0,60 dengan nilai kalori rata-rata antara 4800 – 4900 k.cal/kg
B. Keterangan botani
A. mangium termasuk dalam sub famili Mimosoideae, famili Leguminosae dan ordo
Rosales. Pada umumnya A. mangium mencapai tinggi lebih dari 15 meter, kecuali
pada tempat yang kurang menguntungkan akan tumbuh lebih kecil antara 7 – 10
meter.Pohon A. mangium yang tua biasanya berkayu keras, kasar, beralur
longitudinal dan warnanya bervariasi mulai dari coklat gelap sampai terang. Dapat
dikemukakan pula bahwa bibit A. mangium yang baru berkecambah memiliki daun
majemuk yang terdiri dari banyak anak daun. Daun ini sama dengan sub famili
Mimosoideae misalnya Paraseanthes falcataria, Leucaena sp, setelah tumbuh
beberapa minggu A. mangium tidak menghasilkan lagi daun sesungguhnya tetapi
tangkai daun sumbu utama setiap daun majemuk tumbuh melebar dan berubah
menjadi phyllodae atau pohyllocladus yang dikenal dengan daun semu, phyllocladus
kelihatan seperti daun tumbuh umumnya. Bentuknya sederhana tulang daunnya
paralel dan besarnya sekitar 25 cm x 10 cm.
C. Tempat tumbuh
1. Penyebaran. A. mangium tumbuh secara alami di Maluku dengan jenis
Melaleuca leucadendron. Selain itu terdapat pula di pantai Australia bagian
utara, Papua bagian selatan (Fak-fak di Aguada (Babo) dan Tomage (Rokas,
Kepulauan Aru, Maluku dan Seram bagian barat).
2. Persyaratan tempat tumbuh. A. mangium tidak memiliki persyaratan
tumbuh yang tinggi, dapat tumbuh pada lahan miskin dan tidak subur. A.
mangium dapat tumbuh baik pada lahan yang mengalami erosi, berbatu dan
tanah Alluvial serta tanah yang memiliki pH rendah (4,2). Tumbuh pada
ketinggian antara 30 – 130 m dpl, dengan curah hujan bervariasi antara 1.000
mm – 4.500 mm setiap tahun. Seperti jenis pionir yang cepat tumbuh dan
berdaun lebar, jenis A. mangium sangat membutuhkan sinar matahari,
apabila mendapatkan naungan akan tumbuh kurang sempurna dengan
bentuk tinggi dan kurus.
D. Persiapan lapangan
1. Penataan lapangan. Penataan areal penanaman dimaksudkan untuk
mengatur tempat dan waktu, pengawasan serta keperluan pengelolaan hutan
lebih lanjut. Areal dibagi menjadi blok-blok tata hutan dan blok dibagi menjadi
peta-petak tata hutan. Unit-unit ini ditandai dengan patok dan digambar di
atas peta dengan skala 1 : 10.000. Batas-batas blok dapat dipakai berupa
batas alam seperti sungai, punggung bukit atau batas buatan seperti jalan,
patok kayu atau beton.
2. Pembersihan lapangan. Beberapa kegiatan yang dilakukan sebelum
penanaman meliputi :
a. Menebang pohon-pohon sisa dan meninggalkan pohon yang di larang
ditebang
b. Mengumpulkan semak belukar, alang-alang dan rumput-rumputan
c. Sampah-sampah yang telah terkumpul dibakar.
3. Pengolahan tanah. Pengolahan tanah diperlukan pada tanah-tanah yang
padat dengan cara sebagai berikut :
a. Tanah dicangkul sedalam 20 – 25 cm kemudian dibalik
b. Bungkalan-bungkalan tanah dihancurkan, akar-akar dikumpulkan,
dijemur dan dibakar
c. Tanah pada jalur-jalur tanaman dihaluskan dan dibersihkan, kemudian
dibuat lubang tanaman
E. Penanaman dan pemeliharaan.
1. Pengangkutan bibit. Pengangkutan bibit dari persemaian ke lokasi
penanaman harus dilakukan dengan hati-hati agar bibit tidak mengalami
kerusakan selama dalam perjalanan. Bibit yang telah diseleksi dimasukan ke
dalam peti atau keranjang dan disarankan agar bibit tidak ditumpuk. Bibit
disusun rapat hingga tidak bergerak jika dibawa. Jumlah bibit yang diangkut
ke lapangan hendaknya disesuaikan dengan kemampuan menanam. Bibit
yang diangkut diusahakan bibit yang sehat dan segar. Hindarkan bibit dari
panas matahari dan supaya disimpan di tempat teduh dan terlindung.
2. Waktu penanaman. Penanaman dilakukan setelah hujan lebat pada musim
hujan, yaitu dalam bulan Oktober sampai Januari. Pengamatan mulainya
hujan lebat sangat perlu, karena bibit yang baru ditanam menghendaki
banyak air dan udara lembab. Bibit yang ditanam ke lapangan adalah bibit
yang telah berumur 3-4 bulan di bedeng sapih dengan ukuran tinggi 25-30
cm.
3. Teknik penanaman. Bibit ditanam tegak sedalam leher akar. Apabila
terdapat akar cabang yang menerobos keluar dari tanah dalam kantong
plastik, dipotong aga tidak tertanam terlipat dalam lubang tanaman. Sebelum
ditanam, tanah dalam kantong plastik dipadatkan lalu kantong plastik dibuka
perlahan-lahan, tanah serta bibit di keluarkan baru ditanam. Bibit ditanam
berdiri tegak pada lubang yang telah dibuat pada setiap ajir, kemudian diisi
dengan tanah gembur sampai leher akar. Tanah yang ada di sekelilingnya
ditekan agar menjadi padat.
4. Pemeliharaan. Meliputi kegiatan penyiangan, penyulaman, pendangiran dan
pemupukan, kegiatan pemeliharaan dilakukan tiga bulan sekali selama 2
tahun stelah penanaman di lapangan.
a. Penyiangan. Kegiatan ini bertujuan untuk membebaskan tanaman
pokok dan belukar dan tumbuhan pengganggu lainnya. Oleh karena itu
penyiangan dilakukan terutama pada tahun pertama dan kedua.
Penyiangan dikerjakan sepanjang kiri-kanan larikan tanaman selebar
50 cm.
b. Penyulaman. Penyulaman dilakukan pada tahun pertama selama
musim hujan. Tanaman yang mati atau merana disulam dengan bibit
dari persemaian dan diulang selama hujan masih cukup. Apabila lahan
di sekitar tanaman sangat terbuka maka dapat diberi mulsa.
c. Pendangiran. Kegiatan ini dilaksanakan bersama dengan penyiangan
di mana tanah di sekitar tanaman akan digemburkan lebih kurang
seluas lubang tanam
d. Pemupukan. Pemupukan diberikan setelah dilakukan penyiangan dan
pendangiran, pupuk ditaburkan di sekeliling tanaman Akasia mengikuti
alur lubang tanaman dan ditimbun tanah. Pupuk yang digunakan dapat
merupakan campuran yang membentuk kandungan NPK dapat pula
digunakan urea; TSP; KCL dengan perbandingan 1 : 2 : 1. Pemberian
pupuk disesuaikan dengan pengalaman dalam pemberian pupuk.
5. Hama dan penyakit. Adanya semut (Componotus sp) dan rayap
(Coptotermes sp) yang membuat sarang pada bagian dalam kayu A.
mangium, mengakibatkan menurunnya kualitas kayu. Dari hasil pengamatan
didapatkan A. mangium terserang oleh Xystrocera sp. famili Cerambicidae
yang biasa menggerek kayu Paraserianthes falcataria, selain itu sejenis ulat
belum diketahui jenisnya telah menyebabkan gugurnya daun A. mangium.
Beberapa jensi serangga A. mangium :
a. Ropica grisepsparsa, menyerang bagian batang
b. Platypus sp, menyerang bagian batang
c. Xylosandrus semipacus, menyerang bagian batang
d. Pterotama plagiopheles, menyerang daun.
e. Ulat pelipat daun, menyerang daun.
Pengguguran daun pada anakan A. mangium disebabkan oleh Hyponeces
squamosus tetapi pohon dapat tumbuh kembali. Seperti pada Acacia yang
lain, A. mangium juga muda terserang oleh hama terutama pada masa
sapihan dan anakan.